BPS Sebut Harbolnas Turut Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi 2018
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut penjualan barang-barang melalui Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal IV-2018. Tercatat, pertumbuhan saat itu mencapai 5,17 %, lebih tinggi dari kuartal IV 2017 yang hanya sebesar 5,07 %.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, struktur pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan merupakan sektor tertinggi nomor dua setelah sektor industri. Totalnya mencapai 13 % dan pertumbuhannya sebesar 4,39 %.
"Penjualan selama Harbolnas juga membantu, semuanya pada berlomba-lomba belanja karena banyak diskon," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi di kantor pusat BPS, Rabu (6/2).
Ketua Asosiasi E-Commerce (iDEA) Ignatius Untung pun mengakui besarnya nilai transaksi Harbolnas. "Jumlah transaksi yang dihasilkan Harbolnas memang tidak kecil," ujarnya.
(Baca: Laju Ekonomi Sesuai Prediksi Pemerintah, Rupiah Sempat 13.800/US$)
Sebelumnya, Lembaga riset pasar Nielsen Indonesia menyebut transaksi Harbolnas 2018 mencapai Rp 6,8 triliun dari target Rp 7 triliun. Tahun lalu, Harbolnas digelar dua hari pada 11-12 Desember 2018. Ketua Harbolnas 2018, Indra Yonathan mengatakan, produk lokal dinilai cukup berkontribusi sebanyak 46% dari keseluruhan nilai transaksi.
Direktur Consumer Insight Nielsen Indonesia, Rusdy Sumantri menjelaskan, produk fesyen dan pakaian olahraga mencapai 56% dari total transaksi produk lokal. Lalu, kosmetik sebesar 26%, produk elektronik 16%, gadget dan teknologi 16%, serta pembayaran tagihan dan isi ulang (top up) 13%. Sementara, produk lokal yang banyak ditransaksikan adalah personal care 12%, makanan dan minuman 11%, kebutuhan sehari-hari 8%, serta buku dan perlengkapan sekolah 6%.
Secara keseluruhan, kategori produk yang paling banyak dibeli selama Harbolnas 2018 adalah fesyen dan pakaian olahraga yang mencapai 69% dari total transaksi. Lalu, kosmetik 35%, perjalanan 29%, produk elektronik 28%, gadget dan teknologi 27%, pembayaran tagihan dan isi ulang (top up) 17%, serta makanan dan minuman 15%.
(Baca: Mendag Sebut Realisasi Pertumbuhan Ekonomi RI Diapresiasi Mitra Dagang)
Sementara, BPS menyebutkan, pada struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga merupakan sektor tertinggi di antara sektor pengeluaran lainnya, yakni 56,01 % dan pertumbuhan 5,08 %.
Komponen konsumsi rumah tangga tersebut meliputi makanan dan minuman (selain restoran), pakaian dan jasa perawatan, perumahan dan perlengkapan rumah tangga, kesehatan dan pendidikan, transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel, dan lain-lain. Dalam konsumsi rumah tangga, nilai transaksi uang elektronik, kartu debit dan kredit tumbuh 13,77 %, menguat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 9,06 %.