Tantangan Krusial Pembentukan Holding BUMN Infrastruktur

Image title
7 Februari 2019, 19:55
Hutama Karya
Arief Kamaludin (Katadata)
PT Hutama Karya (Persero) akan menjadi induk holding BUMN sektor infrastruktur.

Ekonom senior Cyrillus Harinowo mengatakan, pembentukan induk usaha (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor infrastuktur tidak hanya memiliki efek positif, namun juga menyimpaan risiko yang mungkin terjadi. Risiko yang dia maksud berhubungan dengan ego masing-masing perusahaan yang bakal digabung kepemilikannya ke dalam holding.

Menurut Cyrillus, masing-masing perusahaan sebenarnya memiliki ego untuk menjadi induk. Sehingga, saat nanti holding terbentuknya ego tersebut akan menjadi tantangan untuk menyatukan budaya mereka dalam satu induk.

Advertisement

Dalam pengamatannya, isu ini selalu muncul, demikian juga untuk sektor perbankan. "Pasti masing-masing merasa, saya lebih dari kamu, saya lah yang seharusnya menjadi leadernya," kata Cyrillus ketika ditemui di menara BCA, Jakarta, Kamis (7/2). "Begitu juga untuk karya. Pada waktu penyesuaiannya pasti akan banyak hal yang harus diatasi." 

Kendati demikian, Cyrillus menilai pembentukan holding masih jauh lebih mudah dibandingkan dengan proses penggabungan perusahaan (merger). Hal itu karena proses merger perlu menyatukan semua hal, termasuk saham. Dia mencontohkan pembentukan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada 1998 silam yang menurutnya begitu sulit karena melebur empat bank yang berbeda satu dengan lainnya.

(Baca: Masuk ke Holding Infrastruktur, Tiga BUMN Karya Lepas Status BUMN)

"Itu luar biasa sekali karena menyatukan culture, menyatukan orang, termasuk menyatukan sistem informasinya. Dulu dari empat bank, ada sekitar delapan sistem yang harus dijadikan satu sistem," kata Cyrillus.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement