Atani Intensif Dorong Ekspor Produk Pertanian Indonesia
Bali - Atase Pertanian (Atani) Indonesia makin penting berperan untuk mendorong ekspor Indonesia. Mereka telah mengantongi banyak informasi tentang peluang pasar ekspor serta peluang kerja sama teknis untuk meningkatkan daya saing produk pertanian. Kondisi ini terungkap dalam diskusi Kegiatan Sinkronisasi Program dan Evaluasi Kinerja Atase Pertanian yang dihadiri oleh 120 peserta yang terdiri dari Atase Kementan serta dari berbagai K/L, Asosiasi, Akademisi dan pelaku usaha pertanian, di Bali pada Kamis (7/2).
Atani berperan memobilisasi dan menarik berbagai bantuan teknis dan investasi, fasilitasi akses pasar untuk berbagai komoditas pertanian unggulan Indonesia ke pasar global. Juga melakukan advokasi kebijakan untuk meyakinkan mitra bilateral dan mempengaruhi kebijakan global agar lebih berpihak pada kepentingan sektor pertanian lokal Indonesia. Atase pertanian juga membuka pasar non-tradisional untuk komoditas pertanian unggulan.
"Saat ini pasar Uni Eropa sangat menekankan pentingnya precision farming dan post harvest handling, juga masalah food safety yang menjadi persyaratan mutlak," ungkap Wahida, Atani Brussel. Peluang pasar untuk produk-produk unggulan pertanian di pasar UE menurut Wahida di antaranya fine flavour cacao, aneka bumbu dapur seperti daun salam dan kemangi.
Sementara menurut Atani Tokyo Sri Nuryanti, pasar Jepang lebih mementingkan penerapan standar higinitas produk, performa komoditas, keseragaman, pengemasan dan label. Buah pisang, mangga, dan pepaya lebih banyak di impor dari Filipina, Ekuador, dan Peru.
"Pasar Amerika Serikat terbuka untuk komoditas hortikultura seperti nanas, pisang, dan alpukat, serta rempah-rempah," kata Hari Edi Soekirno, Atani Washington
Di pasar Italia, menurut Atani Roma, Ida Ayu Ratih, produk nanas segar sedang di- suspend karena harga jualnya tidak kompetitif. Ekspor Nanas dalam kaleng RI ke Italia masih berjalan dengan nilai transaksi 3-3,5 juta USD. Untuk semester I/2019, telah tercatat transaksi sebesar 1,8 juta dolar Amerika untuk pemesanan nanas kaleng dari Great Giant Pineapple.
Kerja Sama Teknis Muluskan Peluang Ekspor
Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pertanian (Kementan), Ade Candradijaya mengungkapkan komoditas pertanian Indonesia sangat beragam dan memiliki banyak keunggulan karena memiliki taste yang spesifik. Tantangannya saat ini adalah mengatasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT), masalah kontinuitas, dan logistik/pengiriman yang cukup mahal.
"Misalnya buah Salak. Ketidaksiapan petani untuk kualitas produk, kurangnya pemahaman terkait Sanitary and Phytosanitary (SPS), serta tidak terpantau adanya perubahan kebijakan yang diterapkan negara tujuan ekspor," tambahnya. Ia menegaskan petani membutuhkan pemahaman yang terus menerus guna mempersiapkan suatu produk siap ekspor.
Atase pertanian RI telah berkomunikasi untuk mencari jalan keluar dan membuahkan sejumlah potensi kerja sama teknis. Di antaranya dengan Jepang, berupa investasi agribisnis budidaya pisang dan pengolahan tepung pisang. Ada pula kerja sama Sheet Pipe System untuk irigasi lahan basah / rawa dari Kyouwa, serta kerja sama sister City Yokote dengan Pasuruan untuk agribisnis apel, anggur, pear. Kerja sama lainnya ada;ah investasi infrastruktur ekspor mangga oleh Sumitomo Forestry dan kerja sama teknis pengembangan bahan bakar berbahan baku kelapa sawit Eco SUPPORT - PTPN II – PPKS.
Potensi kerja sama teknis RI-Amerika Serikat muncul saat pihak GMA-SEF (Grocery Manufactures Association - Science and Education Foundation) dan STDF (Standards and Trade Development Facility) berencana menawarkan kerja sama dalam bentuk pelatihan Training of Trainer (ToT). Langkah ini untuk mengantisipasi terjadinya kendala ekspor komoditas pertanian ke pasar Amerika. Ada juga penawaran beasiswa bagi lulusan Polibangtan untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat dari universitas negeri di USA.
"Untuk negara Belgia, Kerja Sama Teknis dengan RI sudah berjalan dan harus ditingkatkan di antaranya pengembangan sapi potong Belgian Blue, serta bantuan expert pendirian museum pertanian dan museum tanah," jelas Wahida. Dia menambahkan, saat ini Indonesia juga tengah menjajaki pengembangan pendidikan vokasi dengan salah satu universitas di Jerman.