Efisiensi Rantai Distribusi dan Produksi Bisa Tekan Harga Beras
Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menyatakan penyederhanaan rantai distribusi untuk menjaga harga beras di pasar harus disertai dengan efisiensi produksi. Sebab, harga beras akan tetap tinggi jika biaya produksinya juga tinggi.
Ketua Umum Perpadi Soetarto Alimoeso menjelaskan pemerintah harus memperhatikan ongkos produksi petani. "Petani harus memperoleh nilai tambah dari produksi, inflasi akan mempengaruhi biaya keluar lebih banyak," kata Soetarto kepada Katadata.co.id, Jumat (15/2).
Dia menjelaskan, komponen biaya yang mempengaruhi produksi petani di antaranya adalah harga pupuk, benih, upah tenaga kerja, bahan bakar, serta transportasi. Selain itu, faktor musim akan menjadikan petani menawarkan harga yang lebih tinggi ketika panen.
(Baca: Survei BPS: Rantai Perdagangan Ringkas, Harga Konsumen Semakin Rendah)
Dia juga menuturkan, margin penggilingan sangat kecil dalam rantai distribusi dari gabah menjadi beras. Menurutnya, biaya penggilingan per kilo gram gabah menjadi beras hanya sekitar Rp 100 sampai Rp 400. Sehingga, jika harga satu kilogram besar Rp 10 ribu, keuntungan yang bisa didapat pengusaha penggilingan hanya sekitar 1%-4%.
Namun, banyak pengepul dan penebas yang menjadi rantai tengah dalam membawa hasil panen gabah kepada penggilingan. Alhasil, dengan adanya peran tersebut, harga gabah yang sampai ke penggilingan menjadi lebih mahal.