Dampak Penundaan Kenaikan Tarif Impor Tiongkok Hanya Sementara

Michael Reily
26 Februari 2019, 14:01
Pelabuhan Ekspor
Agung Samosir|KATADATA
Penundaan kenaikan tarif impor produk Tiongkok oleh AS dinilai berdampak positif untuk ekspor komoditas Indonesia.

Keputusan Amerika Serikat (AS) menunda kenaikan tarif impor sejumlah produk asal Tiongkok dinilai hanya berdampak positif dalam jangka pendek untuk Indonesia. Pelaku usaha dan pengamat menilai, perang dagang AS-Tiongkok harus benar-benar berakhir supaya dampak negatifnya terhadap Indonesia tidak berlangsung lebih lama.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Perdagagan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, penundaan tarif yang dilakukan AS dan Tiongkok tidak memberikan perubahan signifikan terhadap ekonomi Indonesia. "Pada prinsipnya, belum ada titik terang terhadap penyelesaian perang dagang itu sendiri," kata Shinta kepada Katadata.co.id, Selasa (26/2).

Advertisement

Dia menjelaskan, tidak ada yang tahu persis kesepakatan antara AS dan Tiongkok, pengaturan dagang antara kedua negara, dan komoditas-komoditas yang terdampak. Penundaan penyelesaian perang dagang malah dinilai berdampak negatif terhadap pelemahan ekonomi global karena ketidakpastian berlangsung lebih lama.

Dalam jangka pendek, penundaan pengenaan tarif tambahan AS untuk Tiongkok dalam perang dagang akan menstabilkan ekonomi makro negara berkembang yang tergantung pada komoditas seperti Indonesia. Alhasil, pelaku usaha nasional harus tetap kuat menghadapi tekanan global sampai perang dagang berakhir agar tidak terkena krisis.

Shinta menegaskan, para pengusaha harus pandai-pandai memanfaatkan peluang dari perang dagang AS dan Tiongkok meskipun minim. "Penundaan tidak memberikan potensi pasar baru untuk pelaku usaha," ujarnya.

Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan penundaan perang dagang masih berdampak positif untuk ekspor komoditas Indonesia. Sebab, kedua negara merupakan pasar ekspor nonmigas yang kontribusinya mencapai 25% dari total ekspor nonmigas Indonesia.

Dia menjelaskan, sinyal positif bakal lebih besar lagi kalau ada penyelesaian perang dagang antara AS dan Tiongkok. "Kalau tensi perang dagang mereda, ada kelegaan yang berimplikasi pada kenaikan harga komoditas dan volume ekspor Indonesia, peluang ini harus dimanfaatkan pelaku usaha," kata Bhima.

Kinerja ekspor kemungkinan akan tumbuh sekitar 6%-7% karena pemulihan ekonomi global membutuhkan waktu. Bhima memperkirakan, perubahan paling lama terjadi dalam waktu 3-6 bulan karena adanya kontrak secara business to business dalam perdagangan.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement