Pertamina Klaim Jadi KKKS Pertama yang Terapkan Full Scale EOR
PT Pertamina (Persero) mengklaim akan menjadi perusahaan migas pertama yang menerapkan teknologi untuk memperoleh minyak tingkat lanjut (Enhanced Oil Recovery/EOR) dengan skala penuh (full scale) di Indonesia. Kegiatan ini akan dilakukan anak usahanya, PT Pertamina EP, di Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan, pada kuartal 4 tahun 20121.
Vice President EOR PT Pertamina EP Andi W Bachtiar mengatakan uji coba penggunaan full scale EOR dengan injeksi polimer sebelumnya sudah dilakukan PEP di Lapangan Tanjung. Polymer merupakan salah satu teknik EOR yang sudah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak dan telah banyak digunakan di lebih dari 50 lapangan minyak di dunia.
(Baca: Pertamina Mulai Terapkan Metode EOR di Lapangan Tanjung)
"Proyek pilot polimer di lapangan Tanjung dimulai di akhir 2018. Pemilihan metode injeksi polimer di Lapangan Tanjung didasarkan pada seleksi dengan kriteria-kriteria tertentu, seperti temperatur reservoir, fluida reservoir, dan kondisi geologi," ujar Andi saat diskusi bersama awak media di Jakarta, Selasa (12/3).
Pertamina membutuhkan polimer di Lapangan Tanjung hingga 70 ton. Volume larutan polimer yang diinjeksikan adalah 200 ribu barel dengan konsentrasi 2.000 ppm dan laju injeksi sebesar 1.000 barel per hari.
Hingga saat ini memang sudah ada empat KKS yang akan melakukan proyek polymer flooding di Indonesia. Selain Pertamina EP, ada Chevron Pacific Indonesia di Lapangan Minas, Medco Rimau di Lapangan Kaji-Semoga, dan CNOOC di Lapangan Widuri. Namun, baru Pertamina EP yang prosesnya masih berjalan.
(Baca: Hasil Teknologi EOR untuk Produksi Blok Rokan di Bawah yang Dijanjikan)
Sebelumnya, Pertamina EP menyatakan berencana melakukan uji coba di 11 lokasi tahun ini. Program ini dlakukan untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas). Program EOR di 11 lokasi itu tersebar di asset yang dikelola Pertamina EP. Untuk Asset 1, dilakukan di area Sungai Gelam dan Bentayan.
Sedangkan Asset 2 di area Raja, Ogan, Limau Tengah, Limau Barat, dan Sopa. Sedangkan asset tiga, di wilayah operasi Cemara. Asset empat dilakukan di wilayah operasi Kawengan, dan di asset lima di area operasi North Kutai Lama dan Sangatta.EOR tersebut bervariasi baik menggunakan injeksi air (waterflood) dan injeksi bahan kimia seperti Polimer.
(Baca: Tahun Ini, Pertamina Lakukan Program EOR di 11 Lokasi)
Direktur Pengembangan Pertamina EP John H. Simamora mengatakan masing-masing metode injeksi EOR memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya untuk injeksi air, maka bisa meningkatkan produksi mencapai 40%, namun jika injeksi kimia bisa lebih tinggi hingga 60%.
Namun, dari dua metode itu, injeksi kimia yang lebih mahal biayanya. Untuk itu hanya lapangan yang cadangannya besar yang ekonomis menggunakan metode tersebut. "Makanya kami studi di Lapangan Tanjung. Kami uji coba sebulan ini, kalau secara teknis sudah okay baru hitung keekonomiannya," ujarnya.
Tercatat produksi minyak untuk Pertamina EP sepanjang 2018 yakni 79.690 barel per hari (bph) atau 96% dari target 83.000 bph. Sedangkan untuk produksi gas Pertamina EP adalah 1.017 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 103% dari target 986 MMSCFD. Total produksi minyak dan gas Pertamina EP adalah 255 MBOEPD atau 101% dari target 253 MBOEPD.
Untuk diketahui anak usaha Pertamina ini menargetkan pendapatan tahun ini sebesar US$ 3,8 miliar, atau naik dari tahun lalu yang mencapai US$ 3,16 miliar. Laba bersih ditargetkan sebesar US$ 755 juta atau lebih banyak dari tahun lalu yang mencapai US$ 753 Juta.