BI Tahan Suku Bunga di 6%

Image title
21 Maret 2019, 14:52
Bank Indonesia
Arief Kamaludin | Katadata
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan, 7-Day Repo Rate di level 6%, Kamis (21/3).

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan, 7-Day Repo Rate, di level 6%.

“Keputusan tersebut konsisten dengan upaya menstabilkan perekonominan dan mengendalikan defisit transaksi berjalan, serta mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di kantornya, Jakarta, Kamis (20/3).

Dari grafik Databoks, angka suku bunga yang kerap disebut BI Rate tersebut tak berubah sejak November lalu.

Keputusan BI sejalan dengan prediksi para ekonom sebelumnya kepada Katadata.co.id. Ekonom Bank BCA David Sumuan menilai saat ini masih ada kekhawatiran dengan defisit transaksi berjalan pada neraca perdagangan dalam negeri.

Pada Januari lalu, defisitnya mencapai US$ 1,16 juta, meski bulan berikutnya membaik dengan surplus US$ 330 juta seiring kinerja impor yang turun tajam. “Belakangan harga minyak mulai naik lagi,” katanya.

Harga minyak mentah brent di London ICE Futures Exchange untuk pengiriman Mei naik US$ 0,38 menjadi US$ 67,54 per barel. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman April naik US$ 0,57 menjadi US$ 59,09 per barel.

(Baca: Rupiah Menguat Usai The Fed Pertahankan Suku Bunga)

Hal senada juga disampaikan oleh Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto yang menilai defisit transaski berjalan (CAD) menjadi salah satu faktor BI mempertahankan tingkat suku bunganya atau BI rate. Selain itu, dia menilai Indonesia masih membutuhkan arus masuk untuk mengendorkan likuiditas industri keuangan dalam negeri.

Hal tersebut yang membuat peluang untuk menurunkan suku bunga sangat kecil, meskipun kondisi inflasi rendah dan nilai tukar relatif stabil. "Apalagi, kalau melihat data perbankan kita kan cukup jelas kalau DPK (dana pihak ketiga) kita tumbuhnya lebih lambat dari kredit. Jadi, bank juga perlu amunisi," kata Myrdal ketika dihubungi terpisah.

Menurut dia, jika suku bunga moneter diturunkan, ini akan memicu penurunan bunga tabungan maupun deposito sehingga pertumbuhan DPK bisa lebih lambat lagi dan likuiditas semakin ketat.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan pada Januari 2019, kredit tumbuh 11,97% secara tahunan (year on year/yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan Desember 2018 yang sebesar 11,8% (yoy). Namun, pertumbuhan DPK justru semakin lemah. DPK tercatat tumbuh 6,39% (yoy) pada Januari 2019, sedikit lebih lemah dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2018 yang sebesar 6,5% (yoy).

(Baca: Ekonomi AS Melambat, The Fed Pertahankan Suku Bunga)

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah juga memperkirakan BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Bank sentral akan mempertahankan interest rate differential (jarak antara inflasi dengan suku bunga acuan)," katanya.

Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, kemarin membuat keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran level 2,25% sampai 2,5%. Gubernur The Fed Jerome Powell mengisyaratkan tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...