Ekonom Prediksi BI Akan Pertahankan Suku Bunga Acuan di 6%

Image title
21 Maret 2019, 12:40
bank indonesia- donang.jpg
KATADATA/ Donang Wahyu
Para ekonom menilai, Bank Indonesia akan mempertahankan BI rate di level 6% hari ini, Kamis (21/3).

Para ekonom memprediksi, Bank Indonesia (BI) bakal mepertahankan suku bunga acuan 7-Day Repo Rate di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan hari ini, Kamis (21/3).

Ekonom Bank BCA David Sumual menilai BI tetap mepertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI rate karena masih khawatir dengan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada neraca perdagangan dalam negeri. Pada Januari 2019 defisitnya mencapai US$ 1,16 juta, meski bulan berikutnya membaik dengan surplus US$ 330 juta seiring kinerja impor yang menurun tajam.

"Masih khawatir CAD dan belakangan ini harga minyak mulai naik lagi," kata David kepada Katadata.co.id, Rabu (19/3). Harga minyak mentah brent di London ICE Futures Exchange untuk pengiriman Mei naik US$ 0,38 menjadi US$ 67,54 per barel. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman April naik US$ 0,57 menjadi US$ 59,09 per barel.

(Baca: OPEC Pangkas Produksi, Harga Minyak Dunia Sentuh Level Tertinggi)

Hal senada juga disampaikan oleh Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto yang menilai CAD menjadi salah satu faktor BI mempertahankan tingkat suku bunga. Selain itu, dia menilai Indonesia masih membutuhkan arus masuk untuk mengendorkan likuiditas industri keuangan dalam negeri. Hal itu yang membuat peluang untuk menurunkan suku bunga sangat kecil, meskipun kondisi inflasi rendah dan nilai tukar relatif stabil.

"Apalagi, kalau melihat data perbankan kita kan cukup jelas kalau DPK (dana pihak ketiga) kita tumbuhnya lebih lambat dari kredit. Jadi, bank juga perlu amunisi," kata Myrdal ketika dihubungi terpisah. Menurut dia, jika suku bunga moneter diturunkan, ini akan memicu penurunan bunga tabungan maupun deposito sehingga pertumbuhan DPK bisa lebih lambat lagi dan likuiditas semakin ketat.

(Baca: Neraca Dagang Februari Surplus, IHSG Sesi I Melesat 0,6%)

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan pada Januari 2019, kredit tumbuh 11,97% secara tahunan (year on year/yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan Desember 2018 yang sebesar 11,8% (yoy). Namun, pertumbuhan DPK justru semakin lemah. DPK tercatat tumbuh 6,39% (yoy) pada Januari 2019, sedikit lebih lemah dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2018 yang sebesar 6,5% (yoy).

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...