Kemenperin Gelar Innovating Jogja, Cetak Startup Batik dan Kerajinan
Kementerian Perindustrian melalui Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta kembali menggelar Innovating Jogja, yaitu kompetisi inovasi usaha di bidang kerajinan dan batik. Kompetisi tersebut bertujuan untuk mendorong munculnya perusahaan-perusahaan rintisan (startup) di bidang tersebut.
Kompetisi Innovating Jogja terbuka bagi masyarakat Yogyakarta di bawah usia 45 tahun. Masyarakat yang berminat harus mendaftar dengan mengisi aplikasi dan mengirimkan proposal usaha paling lambat 31 Mei 2019. Mekanisme lengkapnya terdapat dalam website bbkb.kemenperin.go.id.
Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati menjelaskan, pada tahun ini, pihaknya tidak hanya menyeleksi calon peserta yang memiliki inovasi di bidang kerajinan dan batik, tapi juga mereka yang berminat untuk memanfaatkan teknologi kompor listrik batik tulis hasil penelitian BBKB.
"Calon tenant yang proposalnya lolos seleksi administratif dan presentasi akan mengikuti kegiatan bootcamp," kata Titik seperti tertulis dalam siara pers Kementerian Perindustrian, Selasa (9/4).
(Baca: Kemenperin Tawarkan 4 Langkah agar Industri Kecil Go International)
Pada akhir kegiatan bootcamp akan dipilih dua tenant inovasi dan dua tenant alih teknologi kompor listrik batik tulis untuk mengikuti kegiatan inkubasi. Keempat peserta terpilih akan menjalani program penguatan teknis produksi serta pembangunan dan pengembangan bisnis. Selain itu, bantuan bahan produksi senilai Rp 20 juta.
Ajang Innovating Jogja sebelumnya telah berhasil melahirkan beberapa startup kerajinan dan batik. Contoh startup di bidang kerajinan yaitu Wastraloka yang bergerak dalam bidang seni lukis pada kerajinan kaleng, Janedan yang bergerak dalam bidang kerajinan kulit tanpa jahit, dan Alra yang bergerak dalam bidang kerajinan kulit kekinian.
Sementara itu, startup di bidang batik misalnya, Tizania Batik yang bergerak dalam bidang batik latar ringkel, serta By&G yang bergerak dalam bidang tas tenun agel kombinasi batik.
Ekspor Batik dan Kerajinan
Kepala BBKB Titik Purwati Widowati mengatakan, batik merupakan salah satu produk unggulan yang berkontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional melalui capaian ekspornya. Pada tahun lalu, nilai ekspor produk tenun dan batik mencapai US$ 53,3 juta atau sekitar Rp 753 miliar.
Tahun ini, Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor produk tenun dan batik menembus US$ 58,6 juta atau naik 10% dari capaian tahun lalu. Adapun daerah tujuan utama ekspor batik yaitu negara maju seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat.
(Baca: Marketplace Kerajinan Lokal Qlapa Gulung Tikar)
Sementara itu, ekspor produk kerajinan atau kriya tercatat sebesar US$ 823 juta atau lebih dari Rp 11 triliun untuk periode Januari-November 2018. Jumlah tersebut naik dibandingkan periode sama tahun lalu, meskipun kenaikannya tipis yaitu hanya 0,36%.
Kontribusi industri batik dan kerajinan terhadap perekonomian juga tercermin dari daya serapnya terhadap tenaga kerja. Jumlah industri kerajinan Indonesia tercatat melebihi 700 ribu unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
Pembentukan Ekosistem Inovasi untuk Kembangkan Industri Manufaktur
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara menyatakan pentingnya pengembangan industri manufaktur melalui inovasi dan teknologi. Adapun lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang) di seluruh Indonesia dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi.
Menurut dia, balai-balai Litbang di bawah naungan instansinya terus menggandeng sektor swasta untuk berkontribusi dalam kegiatan riset atau alih teknologi. Hingga saat ini, terdapat 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) industri di bawah naungan.
Tujuannya, “Mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional,” kata dia, seperti dikutip dari siaran pers. Penyelenggaraan Innovating Jogja oleh BBKB adalah salah satu langkah badan Litbang dalam mendukung ekosistem inovasi.