Bahlil Lahadalia, Mantan Penjaja Kue yang Menuju Kursi Menteri Jokowi
Kabar mengenai kocok ulang (reshuffle) anggota kabinet kembali muncul setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang Pilpres 2019 dalam rapat pleno, Selasa (21/5). Nama Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), muncul sebagai salah satu calon menteri.
Hal itu terungkap dalam silaturahmi nasional dan buka puasa bersama HIPMI yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Hotel Ritz Carlton Jakarta Selatan, Minggu (26/5). Bagi Jokowi, ada beberapa kriteria orang yang akan mengisi kabinet. Satu di antaranya mereka yang mampu melaksanakan program-program pemerintah. “Ini yang paling penting. Memiliki kemampuan manajerial yang baik,” ujar Jokowi.
Ia pun menyebut Bahlil cocok menjadi satu di antara pembantunya. Ucapan Jokowi disambut sorak-sorai dan tepuk tangan dari para tamu yang hadir. Mereka sepakat Bahlil layak menjadi kandidat menteri. Dia juga dinilai memiliki karakter yang dapat mencairkan suasana.
Bahlil adalah sosok yang ulet. Pria kelahiran Banda, 7 Agustus 1976 ini sejak kecil sudah menunjukkan kemampuannya berwirausaha. Ayahnya adalah seorang kuli bangunan yang menerima upah Rp 7.500 per hari sedangkan ibunya seorang tukang cuci.
Anak kedua dari sembilan bersaudara ini sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) sudah tertarik mencari uang. Ia pun membantu mencari penghasilan tambahan dengan menjajakan kue-kue buatan mamanya. Dari hasil berjualan kue tersebut, Bahlil bisa membantu membayar uang sekolah adik-adiknya dan bertahan hidup meski serba kekurangan.
Ketika masuk sekolah menengah pertama (SMP), kondisi keuangan orang tuanya semakin sulit. Bahlil beralih menjadi kondektur angkot, berjualan ikan di pasar, dan menjadi sopir angkot. Ia juga pernah menjadi asisten operator ekskavator dan tinggal di hutan ketika musim liburan tiba.
Setelah lulus sekolah menengah atas (SMA), Bahlil muda memiliki keinginan yang kuat untuk kuliah. Teman-temannya sudah lebih dulu mendaftar ke perguruan tinggi tetapi dia tidak tahu harus kemana. Dengan bermodalkan ijazah, tiga baju, surat izin mengemudi (SIM), dan kantong kresek, berangkatlah Bahlil ke Jayapura. Orangtuanya hanya tahu ia bekerja, bukan kuliah. Perjalanan dilalui dengan naik Perintis dari Fakfak bersama dengan kambing, keledai, dan kayu.
(Baca: Jokowi Sebut Ketua Hipmi Cocok Menjadi Menteri)
Menjadi Kuli Angkut hingga Pernah Busung Lapar saat Kuliah
Bahlil yang ingin mengubah nasib ternyata menghadapi kenyataan pahit. Di Jayapura, tidak ada kampus yang bersedia menerimanya. Seorang teman yang menjadi ketua asrama menyarankan agar Bahlil mendaftar ke perguruan tinggi swasta.
Di dekat asrama, terdapat pasar yang jaraknya ke jalan raya kurang lebih 100 meter. Kondisi ini dimanfaatkan Bahlil untuk menjadi kuli angkut dengan upah Rp 200 sekali angkut. Selama kuliah, Bahlil pernah terjun menjadi aktivis gerakan reformasi 1997-1998. Akibat hal tersebut, pria yang menjadi ketua senat di kampusnya ini sempat mendekam di penjara.