Tren Penguatan Rupiah di Level 13 Ribu / US$ Akan Berlanjut Pekan Ini
Nilai tukar rupiah saat ini sedang mendapat dorongan yang positif dari kondisi global dan domestik. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Pieter Abdullah Redjalam memperkirakan tren rupiah di bawah Rp 14 ribu per dolar AS akan terjadi selama seminggu.
Pieter menjelaskan, dari kondisi global, kalau bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tetap menerapkan kebijakan dovish, maka mata uang Garuda terus perkasa. "Dinamika rupiah pasti terjadi tapi akan terus menguat dibawah Rp 14 ribu dalam minggu ini," ucap dia saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (17/7).
(Baca: Dibuka Menguat 0,63%, Rupiah Paling Perkasa di Asia)
Sementara di sisi domestik, berakhirnya proses pemilu yang damai ditutup dengan pertemuan dua kubu yang berlaga dalam Pilpres 2019 meningkatkan kepercayaan pasar. "Pertemuan ini memunculkan keyakinan perekonomian Indonesia akan tumbuh lebih baik," ujarnya.
Saat berita ini ditulis, niai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berada pada level Rp 13.969. Walau melemah tipis, namun kurs rupiah masih belum menyentuh angka Rp 14 ribu selama tiga hari berturut-turut usai pertemuan Jokowi dan Prabowo pada Sabtu lalu serta penyampaian pidato visi Jokowi sehari sesudahnya.
(Baca: Pidato Jokowi Dorong Penguatan Rupiah hingga Lampaui Batas Psikologis)
Sejak awal Januari rupiah masih dalam posisi apresiasi sebesar 3,38% secara tahun kalender (year to date/ytd). Nilai ini masih lebih baik dibandingkan Malaysia sebesar 0,56% dan Filipina 2,95%.
Sedangkan, pergerakan rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini menguat ke Rp 13.949 per dolar AS. Angkanya berada di level tertinggi sejak Februari lalu.
Dalam minggu ini, Pieter memperkirakan rupiah akan terus bergerak melemah atau menguat tipis. Namun, trendnya hanya akan berada pada kisaran Rp 13.750 - Rp 14.000 per dolar AS.