Yen Melemah, Rupiah Ikut Loyo ke 14.325 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini melemah 0,53% ke posisi Rp 14.325 per dolar AS. Pelemahan rupiah seiring dengan aksi Bank Sentral Tiongkok yang membiarkan pelemahan yuan selama sembilan hari berturut-turut.
Mengutip data Bloomberg, mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Yuan Tiongkok melemah 0,12%, won Korea 0,49%, ringgit Malaysia 0,29%, rupee India 0,67%, baht Thailand 0,03%, dan dolar Singapura 0,06%. Sementara yen Jepang menguat 0,2%.
Di sisi lain, euro stagnan dan poundsterling menguat 0,02%.
Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan, dari sisi eksternal, terdapat sentimen dari bank sentral Tiongkok People's Bank of China (PBOC) yang mempengaruhi pelemahan rupiah hari ini. "PBOC menurunkan titik tengah resmi yuan untuk hari kesembilan berturut-turut menjadi 7,0326 per dolar AS," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (13/8).
(Baca: IHSG Ditutup Melemah 0,63% Terseret Kekhawatiran Krisis Argentina)
Ia menjelaskan, yuan memang telah menjadi titik fokus sejak pekan lalu ketika Beijing membiarkan yuan jatuh di bawah 7 yuan per dolar AS. Kondisi ini membuat AS menunding Beijing memanipulasi mata uang dan mendorong berlanjutnya ketegangan hubungan antara kedua negara.
"Beberapa analis memperkirakan jika perang dagang AS-Tiongkok terus tereskalasi bisa menyebabkan perekonomian global jatuh kepada resesi," ucap Ibrahim.
Selain ketegangan dagang AS-Tiongkok, keresahan politik di Hong Kong juga turut memberikan sentimen terhadap penguatan dolar AS. Sementara itu, hasil pemilihan pendahuluan di Argentina yang menempatkan pihak oposisi sebagai unggulan mengakibatkan jatuhnya nilai tukar mata uang peso, bursa saham, dan obligasi negara tersebut.
"Kekhawatiran tentang kemungkinan kembali ke kebijakan intervensionis mencengkeram pasar setelah Presiden Argentina Mauricio Macri kehilangan margin yang lebih dalam dari perkiraan atas oposisinya, Alberto Fernandez, dalam pemilihan pendahuluan pada Minggu (11/8) waktu setempat," katanya.
(Baca: Darmin Yakin Defisit Transaksi CAD di Bawah 3% dengan Hilirisasi Industri)
Sentimen lain, lanjut dia, datang dari Bank Dunia yang memproyeksikan perekonomian AS akan tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019. Angka ini diproyeksikan naik sebelum kemudian akan turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020.
Sementara dari sisi internal, Ibrahim menilai BI akan terus memantau keadaan pasar guna mempertahankan stabilitas nilai mata uang rupiah melalui intervensi pasar obligasi dan valas melalui transaksi Domestic Non Delivery Forward (DNDF).
"Walaupun intervensi ini hanya menahan pelemahan sesaat, tetapi BI benar-benar ikut berjibaku dalam menstabilkan rupiah," ujarnya
Pada perdagangan besok, ia memperkirakan rupiah masih akan bergerak melemah di level Rp 14.260 - Rp 14.340 per dolar AS.