Impor Migas Naik, Asosiasi Pelaku Migas Sebut Pentingnya Eksplorasi
Pejabat Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Bij Agarwal menyatakan pemerintah harus meningkatkan kegiatan eksplorasi migas demi menekan defisit neraca berjalan. Dengan kegiatan eksplorasi, cadangan migas Indonesia bisa bertambah sehingga impor migas berkurang.
Sebab, impor migas menjadi salah satu faktor pendorong defisit neraca berjalan. "Pemenuhan kebutuhan migas dalam negeri bisa dilakukan melalui eksplorasi," ujar Bij dalam Press Conference gelaran IPA Convex 2019 di jakarta, Selasa (20/8).
Potensi cadangan migas Indonesia dinilai masih signifikan dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Apalagi jika ditambah dengan upaya mengoptimalkan produksi dari lapangan migas yang sudah ada.
Hanya saja, IPA berharap pemerintah mampu menjaga iklim investasi hulu migas lebih kondusif. Sebab, eksplorasi migas membutuhkan biaya yang cukup besar. "IPA dukung upaya pemerintah untuk ciptakan iklim investasi yang baik dan menarik," ujarnya.
Sejauh ini pemerintah telah memangkas regulasi yang menghambat investasi. Pemerintah juga telah menyederhanakan proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan iklim investasi migas.
(Baca: Selain Pembukaan Data Migas, Ini Faktor Penting untuk Pacu Investasi)
Hingga 30 Juni 2019, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menyetujui 13 rencana pengembangan lapangan (POD) yang memberikan potensi tambahan cadangan migas sebesar 132 juta setara barel minyak (MMboe). Jumlah tersebut secara akumulasi menghasilkan rasio penggantian cadangan (RRR) sebesar 23,85 persen dari target APBN 2019 sebesar 100 persen.
Selain itu, SKK Migas juga menyatakan ada 42 proyek utama migas yang akan dilaksanakan hingga 2027 dengan total investasi mencapai US$ 43,3 miliar dan total produksi 1,1 juta BOE. Jumlah itu mencakup produksi minyak bumi sebesar 92,1 ribu barel minyak per hari dan gas sebesar 6,1 miliar kaki kubik per hari.
Selain itu, SKK Migas juga telah menetapkan 10 wilayah prospektif untuk menambah cadangan migas Indonesia. Wilayah prospektif tersebut terdiri dari wilayah Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
(Baca: Realisasi Investasi Hulu Migas Semester I 2019 Masih 35% dari Target)