Banyak Bencana Alam, Devisa Sektor Pariwisata Tergerus hingga Rp 28 T
Rentetan bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang 2019 dan tahun sebelumnya telah mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke dalam negeri. Hal itu turut berimbas pada hilangnya potensi devisa sektor pariwisata senilai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun tahun ini.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, wisatawan pada 2017 turun satu juta kunjungan dan pada 2018 menyusut 1,2 juta. Namun, tahun ini diperkirakan meningkat tajam hingga 2 juta kunjungan. "Dengan penurunan wisman ini, kita kira-kira kita kehilangan US$2 miliar (devisa)," kata Arief di Jakarta, Senin (9/9).
Arief menyatakan, pariwisata Indonesia belum sepenuhnya pulih sejak rentetan bencana alam yang terjadi 2017 lalu, yakni mulai dari meletusnya Gunung Agung hingga bencana gempa di Lombok, Palu serta tsunami di Selat Sunda.
Berdasarkan catatan Kemenpar, rangkaian bencana yang terjadi seperti meletusnya Gunung Agung pada September 2017, baru mulai pulih awal 2018. Kemudian pada Mei 2018 peristiwa bom mengguncang Surabaya, disusul gempa di Rinjani dan Lombok pada Juli dan Agustus 2018.
Pada September 2018, Palu juga ikut diguncang gempa dan tsunami. Kemudian pada Oktober 2018, jatuhnya pesawat Lion Air membuat pariwisata kembali terdampak.
Pada November 2018, polemik soal penutupan Taman Nasional Komodo ikut mempengaruhi sektor pariwisata. Lalu di penghujung 2018, tsunami menyapu Selat Sunda.
Selain faktor alam, kenaikan harga tiket pesawat juga disinyalir menjadi penyebab turunnya jumlah wisatawan. "Ekornya, sampai sekarang belum recover . Lombok juga. Harga tiket pesawat yang mahal, bencana juga. Jadi memang tidak kecil dampaknya," ujar dia.
(Baca: Tangani Bencana di Kawasan Wisata, Pemerintah Dirikan Crisis Center)
Meski demikian dia masih optimistis penerimaan devisa dari sektor pariwisata tahun ini bisa mencapai target US$ 20 miliar. "Peneriman devisa sudah US$ 19,29 miliar 2018. Jadi kemungkinan besar 2019 akan tercapai US$20 miliar," katanya.