Soal Konglomerasi Keuangan, Ini Bisnis Gemuk Bank-Bank Besar
Bank Dunia menyorot masalah konglomerasi keuangan yang terjadi di Indonesia. Dalam risetnya yang berjudul Global Economic Risk and Implications for Indonesia, pengawasan ketat terhadap konglomerasi itu perlu dilakukan karena ukurannya yang sangat dominan atau sekitar 88% dari total aset industri perbankan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini tidak dapat melakukan pengawasan terintegrasi karena terkendala peraturan tata kelola dalam aturan lembaga tersebut. Akibatnya, aturan yang ada tidak dapat menjangkau konglomerasi keuangan.
Karena itu, Bank Dunia menyarankan agar regulator industri keuangan itu menetapkan pengawasan risiko terhadap konglomerasi keuangan ke dalam satu tim. Perlu pula revisi Undang-Undang OJK agar dapat tanggung jawab komisaris individu untuk masing-masing sektor dapat dihilangkan.
Dalam Peraturan OJK Nomor 03 Tahun 2017 menyebut konglomerasi keuangan merupakan lembaga jasa keuangan yang melakukan kegiatan usaha paling sedikit pada dua sektor atau jenis usaha yang berbeda, yaitu perbankan, pasar modal, perasuransian, lembaga pembiayaan, dan lainnya. Total aset konglomerasi ini paling sedikit Rp 2 triliun.
(Baca: OJK Belum Bahas Persoalan Konglomerasi Keuangan dengan Bank Dunia)
Direktur Utama BCA Jahja Setiadmadja menilai pengawasan perbankan oleh OJK saat ini sudah cukup baik. “Kalau terus diawasi kapan institusi finansial bisa berkiprah menjadi financial intermediary (lembaga perantara keuangan),” katanya.
Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Togar Pasaribu. “Tim khusus untuk mengawasi konglomerasi keuangan seperti usul Bank Dunia, menurut saya, tidak perlu,” ucapnya.
Pasalnya, konglomerasi tersebut sekarang terjadi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Jadi, pengawasan sebuah bisnis itu sebenarnya tanggung jawab siapa? Apakah komisaris, pemilik modal, atau pemerintah?” kata Togar.
Anak Usaha Bank-Bank Besar di Indonesia
Data Statistik Perbankan Indonesia yang dikeluarkan OJK, total aset bank umum mencapai Rp 8.243 triliun per Juni 2019. Artinya, sekitar Rp 7.254 triliun aset tersebut dikuasai konglomerasi keuangan.
Bank-bank pelat merah menyumbang aset terbesar. Mereka memiliki lini bisnis yang cukup lengkap, mulai dari pembiayaan, asuransi, bank syariah, sekuritas, modal usaha, hingga remitansi.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk total asetnya Rp 1.288 triliun pada semester pertama 2019. Anak usahanya termasuk BRI syariah, BRI Agroniaga, BRI Multifinance, BRI Life, Danareksa Sekuritas, BRI Ventura Investama, dan BRI Remittance Co Limited (Hong Kong).
Lalu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk asetnya mencapai Rp 1.235 triliun. Anak usahanya adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri Europe Limited (London), Bank Mandiri Taspen, Mandiri Tunas Finance, Mandiri Utama Finance, Axa Mandiri Financial Services, Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, Mandiri Sekuritas, Mandiri Capital Indonesia, Mandiri International Remittance (Kuala Lumpur).
(Baca: Bank Dunia Soroti Kasus Gagal Bayar AJB Bumiputera dan Jiwasraya)
Bank BUMN lainnya, yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, memiliki aset sekitar Rp 843 triliun. Anak usahanya mencakup BNI Syariah, BNI Multifinance, BNI Life Inusrance, BNI Sekuritas, dan BNI Remittance (Hong Kong).
Untuk bank swasta, PT Bank Central Asia Tbk memiliki aset terbesar. Totalnya mencapai Rp 870,5 triliun. Anak usahanya mencakup BCA Syariah, BCA Finance, BCA Multi Finance, Asuransi Umum BCA, Asuransi Jiwa BCA, BCA Sekuritas, Central Capital Ventura, BCA Finance Limited (Hong Kong).
Bank swasta lainnya, PT Bank CIMB Niaga Tbk asetnya sebesar Rp 272 triliun. Anak usahanya termasuk CIMB Niaga Auto Finance dan CIMB Niaga Sekuritas.
Sejumlah grup konglomerasi lain juga memiliki perusahaan keuangan lintas sektor, seperti Sinarmas dan MNC. Begitu pula Bank Danamon yang memiliki sejumlah anak usaha di industri keuangan, seperti Adira Dinamika Multi Finance, Asuransi Adira Dinamika, dan Adira Quantum Multifinance.
Ada pula Bank Panin dengan total aset Rp 214 triliun. Anak usahanya terdiri dari Bank Panin Dubai Syariah, Clipan Finance Indonesia, Verena Multi Finance, dan Panin Sekuritas.