IHSG Berhasil Naik Meski Investor Asing Jual Bersih Saham Rp 383 M
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Senin, 14 Oktober 2019. Meskipun, investor asing membukukan penjualan bersih (net foreign sell) saham yang cukup besar yakni mencapai Rp 383 miliar.
Pada perdagangan awal pekan ini, sebanyak 15,74 miliar saham diperdagangkan, dengan nilai transaksi hingga Rp 8,25 triliun. Sebanyak 193 saham tercatat berada di zona hijau, sedangkan 207 saham terkoreksi, dan 156 saham stagnan.
Saham emiten sektor industri dasar menjadi penopang penguatan IHSG hari ini. Indeks sektor industri dasar naik 1,82%. Penopangnya antara lain saham Chandra Asri Petrochemical (TPIA) yang naik 1,98% menjadi Rp 9.000, Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) yang naik 4,26% menjadi Rp 5.500, Semen Indonesia (SMGR) yang naik 2,33% menjadi Rp 12.100, dan Indocement Tunggal Prakasa (INTP) yang naik 3,98% menjadi Rp 18.950.
(Baca: Trump Umumkan Kesepakatan Dagang, Bursa Wall Street Melesat Naik)
Di sisi lain, indeks sektor Infrastruktur terkoreksi paling dalam yaitu 0,74%. Saham-saham yang membuat indeks ini turun yaitu Perusahaan Gas Negara (PGAS) 0,46% menjadi Rp 2.180, Smartfren Telecom (FREN) terkoreksi 23,64% menjadi Rp 168, dan Transcoal Pacifik (TCPI) turun 1,83% menjadi Rp 6.700. Meskipun, beberapa saham berkapitalisasi besar di sektor ini tercatat menguat, di antaranya saham Jasa Marga (JSMR) yang naik 2,27% menjadi Rp 5.625.
IHSG naik di tengah aksi jual saham oleh investor asing. Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 383,95 miliar. Saham yang tercatat paling banyak dilepas asing yaitu Bank Negara Indonesia (BBNI) Rp 108,7 miliar, sahamnya pun terkoreksi 0,72%. Kemudian, Astra International (ASII) Rp 105,83 miliar, sahamnya terkoreksi 0,77%. Di urutan ketiga, Bank Mandiri Rp 66,96 miliar, namun sahamnya berhasil naik 0,76%.
Sejumlah indeks di bursa saham Asia menguat bersama IHSG. Indeks Hang Seng ditutup naik 0,81%, Shanghai Composite Index ditutup naik 1,15%, dan Strait Times Index naik 0,34%.
(Baca: Data Ekspor-Impor Tiongkok Lesu, Rupiah Melemah Tipis)
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, penguatan indeks di antaranya didukung sentimen positif terkait kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. "Market mengapresiasi kesepakatan dagang antara AS dengan Tiongkok," kata kepada katadata.co.id, Senin (14/10).
Perundingan dagang tingkat tinggi antara AS dan Tiongkok yang berlangsung pada Kamis hingga Jumat pekan lalu berakhir dengan kesepakatan dagang yang akan diluncurkan dalam beberapa tahap.
Pada tahap pertama, beberapa poin kesepakatan mencakup pertanian, nilai tukar, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual. Kesepakatan ini signifikan di tengah perang dagang yang sudah berlangsung selama 15 bulan.
Selain itu, Nafan menyebut sentimen positif lainnya yang berpengaruh pada penguatan indeks datang dari potensi penurunan suku bunga acuan bank sentral AS atau Fed Fund Rate. Risalah pertemuan Federal Open Market Commitee Kpada 17-18 September 2019 yang dirilis pekan lalu menunjukkan tujuh dari 17 petinggi bank sentral AS melihat potensi penurunan Fed Fund Rate satu kali lagi tahun ini.