Ekspor Minyak Sawit Agustus Merosot Hingga 25 ribu Ton
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak sawit Agustus mencapai 2,89 juta ton atau turun 25 ribu ton dibandingkan Juni lalu. Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan penurunan ekspor terjadi karena berkurangnya permintaan dari India, Bangladesh, Pakistan, dan Uni Eropa (UE).
Penurunan ekspor terjadi pada komoditas minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan biodiesel. "Ekspor biodiesel pada Agustus juga mengalami penurunan dibandingkan bulan Juli," kata Mukti di kantornya, Jakarta, Kamis (17/10).
Ekspor biodiesel Agustus tercatat sebesar 162 ribu ton, turun 13,3% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 187 ribu ton. Gapki mencatat tidak ada ekspor biodiesel ke UE.
Secara rinci, ekspor CPO pada Agustus mencapai 563 ribu ton atau lebih rendah 16,9% dari bulan sebelumnya sebesar 678 ribu ton. Sementara, ekspor produk turunan minyak kelapa sawit (minyak kelapa sawit olahan, lauric oil biodiesel, dan oleochemical) pada Agustus tercatat 2,32 juta ton, naik 4% dibandingkan Juli sebanyak 2,23 juta ton.
Meski ekspor minyak sawit turun, harga rata-rata CPO pada bulan Agustus berkisar US$ 40-50, lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada Juli.
(Baca: Kelapa Sawit Sebagai Penopang Perekonomian Nasional)
Lebih lanjut, Mukti mengatakan Tiongkok dan India masih menjadi tujuan ekspor utama. Kenaikan ekspor terbesar terjadi pada Tiongkok sebesar 150 ribu ton. ada juga ekspor ke Timur Tengah yang naik 110 ribu ton dan ke Amerika Serikat (AS) naik 90 ribu ton.
Sepanjang Januari hingga Agustus 2019, ekspor minyak kelapa sawit mencapai 22,65 juta ton. Jumlah tersebut meningkat 3,8% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.
Biarpun begitu, Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Lakshmi mengatakan ekspor minyak sawit menghadapi banyak tekanan tahun ini. Hal itu dikhawatirkan bisa berdampak pada turunnya ekspor sawit Indonesia menjadi sekitar 30 juta ton.
Pada tahun lalu, Gapki mencatat keseluruhan ekspor minyak sawit (mencakup CPO, biodiesel dan oleochemical) mencapai 34,71 juta ton, sementara khusus untuk komoditas CPO sebesar 32,02 juta ton. "Prediksinya sekitar 30 juta ton. Kami bisa mencapai 30 juta ton saja sudah bagus," kata Kanya.
(Baca: Pemerintah Tunda Pungutan Ekspor Sawit Hingga B30 Berlaku )
Ekspor kelapa sawit yang turun tidak terlepas dari pelarangan ekspor CPO ke UE. Padahal Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor minyak sawit Indonesia ke Eropa pada 2017 lalu bisa mencapai 5,1 juta ton dengan nilai US$ 3,6 miliar atau sekitar Rp 48,1 triliun. Ekspor CPO Indonesia ke Benua Biru tersebut mencapai 17,85% dari total ekspor CPO nasional seberat 28,76 juta ton.