Jokowi: Kebijakan Tarik Investasi Asing Fokus pada Sektor Tertentu
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar langkah-langkah untuk menggaet investasi asing berfokus pada sektor tertentu. Sebab, ia khawatir konsentrasi jajaran kementerian akan terpecah jika mengejar beragam penanaman modal.
Dengan langkah yang fokus ini, ia berharap investor yang sudah ditarget benar-benar menanamkan modalnya di Indonesia. "Ke depan, investasi kita fokus saja. Tidak semua dikejar," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10).
Ia mengatakan, langkah menggaet investasi di Morowali, Sulawesi Tengah dapat dijadikan contoh. Di wilayah tersebut, investor menanamkan modal untuk produksi nikel beserta turunannya. Alhasil, produk yang dihasilkan di kawasan industri itu memberikan nilai tambah bagi ekspor Indonesia.
"Morowali bisa di-copy untuk produk barang mentah yang selama ini kita ekspor seperti bauksit. Kenapa bauksit tidak bisa menjadi barang jadi atau setengah jadi dengan menggandeng BUMN atau swasta?" kata Jokowi.
(Baca: Jokowi Perintahkan Para Menteri Percepat Hilirisasi Industri)
Jokowi pun menyinggung soal industri petrokimia di Indonesia. Kepala Negara menilai, impor produk petrokimia dari Indonesia selama ini masih sangat besar.
Kementerian Perindustrian mencatat importasi sektor petrokimia mencapai US$ 20 miliar atau Rp 284 triliun setiap tahunnya. Ia menilai, hal tersebut terjadi karena Indonesia masih minim industri petrokimia.
Karena itu, Jokowi mengusulkan agar Kilang Tuban di Jawa Timur menjadi kawasan industri petrokimia. "Keluaran dari sana bisa jadi barang produk-produk yang tidak perlu impor, termasuk hidrogennya bisa dipakai untuk B30, B50 dan B100," kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi meminta jajarannya untuk mengkaji kembali industri-industri yang dapat memproduksi barang-barang subtitusi impor. "Betul-betul dikawal agar kita bisa segera mengejar defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan," kata dia.
(Baca: Chevrolet Hengkang dari Indonesia, BKPM Perbaiki Iklim Investasi)
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, investasi tumbuh 9,4% dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi Rp 395,6 triliun pada Semester I 2019. Capaian tersebut setara 49,9% dari target investasi sepanjang 2019 yang sebesar Rp 792 triliun.
Namun, justru Vietnam yang menjadi bintang baru investasi di Asia. Negara ini menjadi tujuan investasi sejumlah perusahaan yang relokasi dari Tiongkok. Tingginya minat investasi asing terlihat dari nilai tambah industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) yang tumbuh 20% dalam enam tahun terakhir.
Bank Dunia mencatat, jumlah regulasi terkait investasi di Vietnam hanya 4.000. Sedangkan di Indonesia mencapai 6.300 regulasi. (Baca: Korporasi Dunia yang Memutuskan Hengkang dari Indonesia)