BPS Catat Inflasi Oktober 0,02% Disumbang Kenaikan Harga Rokok
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober sebesar 0,02% secara bulanan. Inflasi terutama disumbang kenaikan harga pada makanan jadi seperti nasi dan lauk pauk dan harga rokok.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan inflasi tahun kalender pada Oktober (year to date) sebesar 2,2% dan inflasi secara tahunan (year on year) 3,13%.
"Inflasi terkendali dan tinggal dua bulan lagi dan target inflasi akan tercapai," ujar Suhariyanto di Jakarta, Jumat (1/11).
(Baca: Cuaca Ekstrim, BMKG Peringatkan Potensi Bencana pada Pergantian Musim)
Suhariyanto menjelaskan inflasi terutama disumbang oleh kelompok pengeluaran bahan makanan jadi, rokok dan tembakau sebesar 0,45% dengan andil sebesar 0,08%. "Kenaikan harga makanan jadi seperti nasi dan lauk pauk serta rokok.," jelas dia.
Sementara itu, kelompok bahan pangan sebenarnya mencatatkan deflasi sebesar 0,45% dengan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,08%. Deflasi terutama disumbang penurunan harga cabai merah dan telur ayam ras yang memberikan andil.
"Harga daging ayam ras naik memberikan andil ke inflasi 0,05% dan bawang merah memberikan andil inflasi 0,02%. Tetapi karena banyak komoditas mengalami penurunan, maka keseluruhan deflasi 0,41%," jelas dia.
(Baca: Aktivitas Manufaktur Tiongkok Lesu, Harga Minyak Anjlok 1%)
Ia menambahkan, sebanyak 43 kota mengalami inflasi, 39 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Manado sebesar 0,12%, sedangkan inflasi terendah terjadi di Pemantangsiantar, Tual dan Ternate sebesar 0,01%.
"Deflasi terendah di Balikpapan 0,69% karena ada penurunan harga tiket angkutan udara," jelas dia.