IHSG Masih Bertahan di Zona Hijau Meski Pertumbuhan Ekonomi Lesu
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama masih ditutup menguat 0,62% menjadi di level 6218,94. Laju indeks hari ini sudah menguat sejak pembukaan perdagangan, bahkan sempat menyentuh level tertinggi hari ini di 6226,25 atau menguat 0,74%.
Hingga sesi pertama ini, total volume perdagangan saham sebanyak 7,41 miliar saham, dengan nilai total transaksi senilai Rp 4 triliun dengan frekuensi perdagangan 321 ribu kali. Tercatat ada 213 saham yang naik, 166 saham terkoreksi, dan 145 saham stagnan.
Bertahan positifnya laju IHSG ini tidak sejalan dengan data pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 yang hanya mencapai 5,02% secara tahunan (year on year/yoy), lebih kecil dibanding kuartal II 2019 sebesar 5,05%, maupun periode yang sama tahun lalu yakni 5,17%.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan sebelumnya melihat potensi koreksi pada IHSG hari ini. "Mengindikasikan tren pelemahan (IHSG) akan berlanjut," kata Dennies dalam riset tertulisnya.
(Baca: Makin Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2019 Hanya 5,02%)
Pergerakan positif IHSG mengikuti laju indeks saham di bursa kawasan Asia lainnya. Tercatat hingga pukul 12.00 WIB, Nikkei 225 Index bergerak positif dengan menguat 2%, Hang Seng Index menguat 0,52%, Shanghai Composite Index naik 0,7%, dan Straits Times Index juga melaju 0,44%.
Sektor agribisnis menjadi sektor yang ditutup menguat paling tinggi pada sesi pertama sebesar 2,17%. Saham Astra Agro Lestari (AALI) tercatat menguat 5,34% menjadi Rp 12.325 per saham. PP London Sumatra Indonesia (LSIP) naik 2,59% menjadi Rp 1.385 per saham. Sedangkan saham Salim Ivomas Pratama (SIMP) naik 6,22% menjadi Rp 376 per saham.
Sedangkan investor asing di pasar modal dalam negeri tercatat melakukan jual dengan nilai bersih Rp 143,35 miliar di seluruh pasar. Di pasar reguler, asing menjual dengan nilai bersih Rp 66,47 miliar. Sementara, di pasar negosiasi dan tunai melakukan jual dengan nilai Rp 76,89 miliar.
(Baca: IHSG Terancam Turun Mengekor Perkiraan Lesunya Pertumbuhan Ekonomi)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, perekonomian global masih diliputi ketidakpastian seiring perang dagang yang masih berlangsung dan kondisi geopolitik yang memanas. Hal ini berdampak pada perekonomian sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Dengan catatan tersebut, perekonomian Indonesia tumbuh 5,02% year on year," Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/11).