Kurs Rupiah Melemah 2 Hari, Ekonom Duga Ada Aksi Ambil Untung
Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam dua hari ini, setelah sempat menguat ke level Rp 13.900-an pada Selasa lalu. Meski begitu, tren penguatan nilai tukar rupiah diyakini belum berakhir.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Pieter Abdullah berpendapat pelemahan nilai tukar rupiah saat ini bukan disebabkan sentimen negatif pasar. Meskipun, terdapat beberapa pemberitaan yang tidak mendukung rupiah.
Ia menduga pelemahan dalam dua hari ini lebih dikarenakan faktor teknikal. “Rupiah sudah menguat terlalu banyak dan pasar masih ragu melihat rupiah di bawah Rp 14 ribu. Ada profit taking juga,” kata dia kepada katadata.co.id, Kamis (7/10). Ke depan, ia melihat rupiah masih dalam tren penguatan.
(Baca: Sri Mulyani: Rupiah Stabil dan Berpotensi Menguat Hingga Akhir Tahun)
Berdasarkan data Bloomberg, saat berita ini ditulis, rupiah berada di level 14.039 per dolar AS, melemah 0,12% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Dengan demikian, rupiah telah melemah 0,5% dalam dua hari perdagangan.
Meski begitu, posisi rupiah saat ini masih yang terkuat sejak September lalu. Bila dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, rupiah tercatat menguat 2,4%.
Selain rupiah, mata uang Asia lainnya juga tercatat melemah terhadap dolar AS. Rupe India terkoreksi 0,42%, yuan Tiongkok 0,27%, won Korea Selatan 0,26%, dan ringgit Malaysia 0,14%. Baht Thailand, dolar Taiwan, dan dolar Singapura juga melemah, namun tipis yaitu kurang dari 0,1%.
(Baca: Harga Emas Antam Stagnan di Harga Rp 750 Ribu per Gram)
Pelemahan mata uang ini juga terjadi seiring kecenderungan penguatan dolar AS. Indeks dolar AS (DXY index) terpantau relatif stabil di level 97,9, atau level tertinggi sepanjang November. Adapun dolar AS cenderung menguat seiring perkembangan positif negosiasi dagang AS dan Tiongkok.
Namun, penguatan lebih lanjut dolar AS terpatantau mulai tertahan setelah muncul informasi bahwa penandatangan kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok berpotensi mundur dari November ke Desember. Informasi tersebut disampaikan Reuters berdasarkan informasi dari pejabat senior AS.
General Manager dari Departemen Riset Gaitame.com Research Institute di Tokyo Takuya Kanda mengatakan dolar tengah mencari arah. “Katalis utama pembelian dolar AS adalah ekspektasi bahwa kesepakatan AS-Tiongkok ditanda tangani bulan ini. Bila mundur sebulan, ini tidak mengecewakan, tapi kita harus lihat apa yang dikatakan pemerintah Tiongkok,” ujarnya.