8 Perusahaan Jepang Bakal Bawa Masuk Investasi Rp 40 Triliun ke RI
Kementerian Perindustrian menyatakan sejumlah pelaku industri skala besar di Jepang bakal membawa masuk investasi ke Indonesia sebesar Rp40 triliun hingga 2023. Dengan komitmen investasi ini, diaharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi serta memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri.
“Dari hasil pertemuan dengan pelaku industri di Jepang, kami mendapat beberapa komitmen investasi baru maupun pengembangan (ekspansi),” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Selasa (19/11).
Agus menyatakan telah melakukan one-on-one meeting secara maraton dengan delapan korporasi asal Negeri Sakura. Beberapa investor yang akan menanam investasi di antaranya adalah Nippon Steel, Nippon Shokubai, AGC Inc, dan Toyota Group.
(Baca: Lotte Chemical Tambah Investasi Bangun Pabrik di CIlegon jadi Rp 60 T)
Politisi Partai Golkar itu menyatakan, Nippon Shokubai siap menanam investasi baru sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun untuk membangun pabrik acrylic acid berkapasitas 100.000 metrik ton.
Saat ini, kapasitas produksi pabrik perusahaan baru mencapai 140.000 metrik ton. Dengan investasi tersebut, pada November 2021 total kapasitas produksi perseroan naik menjadi 240.000 metrik ton.
Investasi lainnya juga datang dari PT Asahimas Chemical, anak perusahaan AGC Inc. Jepang akan juga menggelontorkan investasi Rp1,3 triliun untuk ekspansi pabrik fase ke-7 di Cilegon Banten.
Perusahaan bakal merealisasikan investasi tersebut untuk perluasan pabrik polivinil klorida (PVC) fase ke-7 berkapasitas 200.000 metrik ton per tahun. Pabrik ini ditargetkan rampung dan masuk tahap komersil pada semester I 2021.
Terkait investasi ini, Agus menyatakan bakal menjamin kelancaran pasokan bahan baku untuk industri, termasuk di antaranya kebutuhan garam.
“Soal keberlanjutan bahan baku garam, kami sudah berikan komitmen untuk hal itu. Jadi, berapapun yang dibutuhkan industri, itu akan kami berikan kemudahan. Dengan catatan, belum tersedia di dalam negeri,” ujar Agus.
Dia juga menyebut telah menyerap banyak masukan dari pelaku industri Jepang yang berminat investasi di Indonesia.
Namun, kendala-kendala tersebut menurutnya tidak terlalu menganggu kegiatan investasi mereka di Indonesia. Adapun yang menjadi catatan dan perhatiannya terkait masukan itu, di antaranya masalah pasokan bahan baku, upah pekerja, dan regulasi.
“Asahimas Group yang meminta diperhatikan suplai gas sebagai bahan baku atau paling tidak harga gas industri tidak naik lagi,” ungkapnya.
(Baca: Pertumbuhan Industri Manufaktur Kian Melambat pada Kuartal III 2019)
Untuk merespons harga gas industri, pihaknya akan terus berkoordinasi di tingkat lintas kementerian seperti dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Agus juga menuturkan saat ini sudah ada aturan dari Menteri ESDM untuk menunda kenaikan harga gas dengan jangka waktu yang tidak ditentukan.
Sedangkan, mengenai upah, pelaku industri Jepang berharap ada perbaikan upah pekerja di Tanah Air. Untuk itu, pihaknya bakal meninjau kembali sistem pengupahan yang berlaku saat ini melalui pendekatan sektoral, tidak hanya pendekatan wilayah saja.
"Industri yang menghasilkan devisa atau padat tenaga kerja perlu kita beri treatment khusus,” ujarnya.