Manufaktur Lesu, BI Sebut Industri Otomotif Bisa Jadi Andalan

Agatha Olivia Victoria
2 Desember 2019, 20:52
Pekerja merakit mesin mobil di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Pada tahapan pertama pabrik mobil Esemka PT Solo Manufaktur Kreasi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 300 pekerja lulusan SMK hingga D3.
ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGROHO
Ilustrasi. Indeks PMI Manufaktur Indonesia meningkat pada November, tetapi masih lemah dan berada di bawah level 50.

IHS Markit mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada November 2019 sebesar 48,2, lebih tinggi dibanding Oktober 2019 yang sebesar 47,7. Meski naik, angka tersebut menunjukkan bahwa sektor manufaktur di Tanah Air masih lemah karena indeks di bawah level 50.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menilai, kondisi tersebut biasa terjadi di akhir tahun lantaran  musim liburan. Namun tak seluruh sektor manufaktur melemah.

"Masih ada sektor yang menjadi pendulang. Contohnya otomotif, ternyata ekspor kita bagus di sana," kata Destry kepada Katadata.co.id, Senin (2/12).

(Baca: Aktivitas Manufaktur Tiongkok Tumbuh di Atas Ekspektasi pada November)

Selain itu,  industri makanan dan minuman juga bisa menjadi penopang. "Jadi di situ kami bergerak, di sektor-sektor mana saja yang masih bisa punya peluang tumbuh, dan itu yang perlu ada perhatian lebih," ucap dia.

Saat ini, menurut dia, BI menaruh perhatian terhadap tiga sektor yang akan menjadi penggerak perekonomian dalam negeri. Sektor tersebut yakni properti, otomotif, dan green sector.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...