Miliaran Rupiah Hilang Karena Banjir Jakarta
Banjir yang melanda Jakarta selama dua hari, dari 24 sampai 25 Februari 2020, menyebabkan kerugian hingga ratusan miliar rupiah. Pengusaha depo peti kemas salah satu yang paling terkena dampaknya. Pasalnya, banjir memutus sejumlah akses jalan menuju pelabuhan dan pabrik.
“Jumlah kerugiannya mencapai Rp 32 miliar dalam dua hari dan perbaikan lapangan sekitar Rp 225 miliar,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Depo Kontainer Indonesia Muslan di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (25/2).
Total pergerakan peti kemas biasanya mencapai 34 ribu hingga 40 ribu TEU (unit ekuivalen dua puluh kaki) per hari. Akibat banjir, pergerakannya lumpuh hingga 25%.
Selain itu, saluran listrik pun terputus di lokasi perbaikan peti kemas karena beberapa sakelar listrik atau breaker terendam air. Pekerjaan perbaikan rutin terpaksa diliburkan.
Muslan menyebut kerusakan peti kemas berskala ringan rata-rata 30% dari jumlah peti kemas yang masuk mencapai 510 unit. “Kerugian dari pekerjaan perbaikan ini kurang lebih Rp 2 miliar per hari,” ucapnya.
Lalu, kerusakan lapangan, seperti depo yang terendam banjir, sekitar 25% dari seluruh depo di DKI Jakarta. Depo yang dimiliki 34 perusahaan luasnya mencapai 340 ribu hektare. Apabila terjadi kerusakan, maka biayanya sekitar 750 ribu per meter persegi. Muslan menghitung total biaya perbaikannya akibat banjir Jakarta mencapai Rp 225 miliar.
(Baca: Banjir di Jakarta Akibat Drainase, Menteri PUPR MInta BUMN Beli Pompa)
Banjir juga mengganggu sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan 90% UMKM pasti terdampak. “Saya lihat dampak ini akan tergantung berapa lama situasi cuaca esktrem berlangsung,” katanya.
Situasi ini juga diperparah kejadian perusakan Mal AEON Jakarta Garden City Cakung, Jakarta Timur. Beberapa oknum bertindak anarkis terhadap mal itu karena dianggap penyebab banjir lingkungan sekitarnya.
Massa merusak kaca milik tenant Mal AEON. Selain itu, mereka juga memecahkan kaca pos penjagaan mal dengan lemparan batu. Kerugian dari aksi anarkis ini diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Kejadian itu, menurut Sandi, sangat mengganggu kegiatan ekonomi. “Itu ganggu banget karena kalau ada ketidakpastian dan ada gangguan keamanan dan kenyaman akan ganggu UMKM juga,” ucapnya.
Selain kegiatan ekonomi, fasilitas publik pun lumpuh kemarin karena banjir. Beberapa rute kereta api KRL dan bus TransJakarta terpaksa tidak beroperasi karena air menutup akses jalan.
(Baca: Kantor Banjir, Sri Mulyani Bebaskan Pegawai Bekerja dari Rumah)
Banjir Jakarta Karena Apa?
Banjir di Jakarta kemarin menyebabkan 3.565 jiwa mengungsi. Sebanyak 294 rukun warga (RW) terkena dampaknya. Jumlah itu sekitar 10,74% dari seluruh RW di Jakarta. Ketinggian banjir maksimal mencapai dua meter di Kelurahan Cawang, Jawa Timur.
Grafik Databoks di bawah ini menujukkan wilayah Jakarta Timur mengalami kejadian paling parah. Sebanyak 25 kelurahan terdampak banjir dan 758 orang harus mengungsi. Lalu, di bawahnya adalah Jakarta Pusat dengan 12 kelurahan dan 68 pengungsi.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono berpendapat banjir di Jakarta kali ini karena sistem drainase yang tidak memadai. “Tadi pagi kondisi sungai yang status Siaga 2 di Manggarai dan Karet. Yang lainnya masih Siaga 4 dan 3. Kesimpulannya, kapasitas drainase lebih kecil dari volume air dan kapasitas hujan,” ucapnya.
Untuk mengurangi air yang masuk ke saluran pembuangan air Jakarta, ia sudah menyiapkan skenario di Kali Sentiong. Pemerintah berencana memasang pompa di hilir kali itu. Proses tender sedang berlangsung. Biaya konstruksinya sekitar Rp 400 miliar sampai Rp 500 miliar. “Mudah-mudahan tahun depan sudah selesai karena pompanya besar sekali,” kata Basuki.
Yang paling penting saat ini, menurut dia, adalah membersihkan sistem drainase. Pemerintah pusat juga sudah memberikan 104 unit pompa kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
(Baca: Dianggap Jadi Biang Banjir, Mall Aeon Cakung Dirusak Massa)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menyebut hujan lokal yang cukup ekstrem menyebabkan banjir di Jakarta selama dua hari. Cuaca ekstrem ini terjadi mulai pukul 07.00 WIB pada Senin lalu hingga pukul tujuh pagi hari berikutnya.
Curah hujan tinggi, lebih dari 150 milimter per hari, terjadi pada tujuh wilayah. Ketujuhnya ada di Kemayoran, Pintu Air Pulo Gadung, Pulomas, Manggarai, Halim Perdanakusuma, Sunter Timur, dan Setiabudi Timur. Kondisi ini menyebabkan kenaikan di pintu air dan sungai meluap.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun berpendapat cuaca menjadi penyebab banjir tersebut. "Sekarang kami konsentrasi pada penanganan karena cuaca seperti ini akan terjadi beberapa waktu ke depan," ucapnya kepada awak media kemarin.