Kasus Virus Corona Makin Merebak, Bursa Saham Global Rontok

Agustiyanti
27 Februari 2020, 12:46
virus corona, pasar saham, bursa saham global, investor saham
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Ilustrasi. Jumlah kasus infeksi virus corona di Tiongkok untuk pertama kalinya disusul oleh kasus baru di negara lain membuat investor panik dan kabur dari pasar saham.

Bursa saham global rontok pada perdagangan hari ini, Kamis (27/2). Jumlah kasus infeksi virus corona di Tiongkok untuk pertama kalinya disusul oleh kasus baru di negara lain membuat investor panik dan kabur dari pasar saham.

Dikutip dari Reuters, Asia melaporkan ratusan kasus baru dan Brasil mengkonfirmasi infeksi pertama di Amerika Latin. Virus yang kini bernama covid-19 juga terdeteksi untuk pertama kali di Pakistan, Swedia, Norwegia, Yunani, Rumania, dan Aljazair.

Pasar saham di seluruh dunia telah kehilangan US$ 3,3 triliun dalam empat hari perdagangan, sebagaimana diukur oleh indeks MSCI all country.

Bursa saham Asia hingga perdagangan siang ini makin anjlok. Kospi turun 0,95%, Hang Seng Index 0,78%, STI Index 0,81%, sedangkan Nikkei 225 2,14%, dan IHSG jeblok 2,63%. 

Bursa saham Wall Street melemah pada penutupan kemarin, berbalik dari hari sebelumnnya yang menguat. Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 Index melemah 0,46% dan 0,38%, tetapi Nasdaq Composite masih menguat 0,17%.

Harga minyak turun ke level terendah dalam lebih dari setahun.

Presiden AS Donald Trump berusaha menenangkan pasar dan masyarakat yang semakin khawatir. Ia mengatakan dalam siaran langsung bahwa Amerika Serikat sangat sangat siap untuk menghadapi ancaman virus dan bahwa Wakil Presiden Mike Pence akan bertanggung jawab atas respons nasional.

(Baca: IHSG Diramal Masih Turun Karena Virus Corona, Berikut Saham Pilihannya)

Otoritas Kesehatan AS saat ini menangani 59 kasus, mayoritas merupakan orang-orang Amerika yang dipulangkan dari kapal pesiar di Jepang.

Virus yang dapat menyebabkan pneumonia itu diyakini berasal dari pasar yang menjual satwa liar di pusat kota Wuhan, Tiongkok awal tahun ini. Virus ini telah membunuh lebih dari 2.800 orang dan menginfeksi lebih dari 82 ribu orang di seluruh dunia, paling banyak di Tiongkok.

Langkah-langkah karantina radikal telah membantu memperlambat laju penularan di Tiongkok, tetapi penyebaran di luar wilayah tersebut meningkat dengan cepat.

Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, jumlah kasus baru di Tiongkok pada selasa mencapai 412, sedangkan di luar Tiongkok mencapai 459 kasus yang menyebar di 37 negara lain.

Kendati demikian, kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta para diplomat di Jenewa tidak menyebut penyebaran virus coroa sebagai pandemi. Pendemi adalah penyebaran penyakit baru yang terjadi di seluruh dunia.

"Menggunakan kata pandemi secara sembarangan tidak memiliki manfaat nyata, tetapi memiliki risiko yang signifikan dalam hal memperkuat ketakutan dan stigma yang tidak perlu dan tidak dibenarkan, dan melumpuhkan sistem," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...