Kian Lemah Akibat Pandemi Corona, Rupiah Tembus Rp 14.500 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot sore ini, Kamis (12/3), melemah 1,03% ke level 14.522 per dolar Amerika Serikat. Rupiah semakin tertekan seiring kekhawatiran penyebaran virus corona yang terus meningkat.
Bersamaan dengan rupiah, hampir seluruh mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong turun 0,05%, dolar Singapura 0,47%, dolar Taiwan 0,12%, won Korea Selatan dan peso Filipina 1,06%, rupee India 0,82%, yuan Tiongkok 0,49%, ringgit Malaysia 0,72%, dan baht Thailand 0,47%. Hanya yen Jepang yang menguat 0,78%.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate yang dipublikasikan Bank Indonesia pukul 10.00 WIB juga menempatkan rupiah Rp 14.490 per dolar AS, menurun 67 poin dari posisi kemarin.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menyebut rupiah saat ini mengalami tekanan berat. "Kasus virus corona semakin meningkat, terutama di luar Tiongkok," ucap Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (12/3).
(Baca: IHSG Anjlok 5,01%, Perdagangan di Bursa Disetop sebelum Penutupan)
World Health Organization (WHO) akhirnya menyatakan Covid-19 sebagai pandemi. Alasannya, virus ini terus menyebar cepat hingga ke wilayah yang jauh dari pusat wabah.
WHO mencatat, selama dua pekan terakhir, kasus corona meningkat hingga 13 kali lipat di luar Tiongkok yang merupakan pusat wabah, serta menginfeksi ke negara-negara yang terdampak hingga tiga kali lipat.
Hingga saat ini ada lebih dari 118.000 kasus di 114 negara, yang mana 4.291 di antaranya meninggal. Sedangkan ribuan pasien lainnya tengah ditangani di rumah sakit.
(Baca: Tangkal Dampak Corona, Jokowi Instruksikan Belanja Negara Dipercepat)
Kekhawatiran virus corona, menurut Lukman, membuat bursa global kini memasuki zona bearish. Dengan keadaan tersebut, permintaan investor akan beralih kepada aset safe haven, seperti dolar AS dan yen Jepang. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS memang sedang menguat 0,08% ke level 96,58.
Ia pun memperkirakan bahwa rupiah beserta mata uang negara emerging market lainnya akan terus melemah. "Dolar AS akan melanjutkan penguatan terutama terhadap negara-negara emerging," katanya.