Dipimpin Saham BCA dan Unilever, IHSG Sesi I Melonjak Hampir 11%
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Selasa (26/3) naik 378,79 poin atau 9,62% ke level 4.316,42. Bahkan, indeks sempat naik hingga 10,99% di level 4.370,66 yang menjadi level tertinggi pada perdagangan sesi pertama hari ini.
"Bursa-bursa utama dunia mencatatkan kenaikan tajam, terutama di AS (Amerika Serikat) karena solusi pemberian insentif ekonominya sudah disetujui. Jadi, kali ini IHSG juga mengikuti pola pergerakan indek dunia yang ada," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo, kepada Katadata.co.id.
Senada, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa salah satu faktor pendorong kenaikan IHSG pagi ini yaitu kesepakatan antara pemerintah AS dengan senat terkait stimulus ekonomi sebesar US$ 2 triliun atau sekitar Rp 32.600 triliun (kurs Rp 16.300/US$).
"Ini merupakan paket stimulus terbesar sepanjang sejarah AS, dan hal ini dilakukan untuk melawan efek dari wabah virus corona," kata Nico dalam risetnya hari ini.
(Baca: IHSG Sudah Lompat 10%, BEI: Ikut Indeks Dunia yang Kemarin Meroket)
Adapun kenaikan indeks ditopang oleh saham-saham sektor konsumer dan finansial. Saham-saham di sektor konsumer naik hingga 12,89%, dengan lima saham berkapitalisasi pasar terbesar di sektor ini naik signifikan. Saham Unilever Indonesia (UNVR) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 259,42 triliun lompat hingga 19,82% menjadi Rp 6.800 per saham.
Berikutnya saham Indofood Sukses Makmur (INDF), dengan kapitalisasi pasar Rp 53,12 triliun melejit 19,8% menjadi Rp 6.050. Anak usaha INDF, Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 112,35 triliun, harga sahamnya naik 15,96% menjadi Rp 9.625 per saham.
Kemudian dua saham produsen rokok, Gudang Garam (GGRM) mengekor cukup jauh di bawah ICBP dengan kenaikan 9,34% menjadi Rp 39.800 per saham, sedangkan harga saham kompetitornya, H.M. Sampoerna (HMSP) naik 10,46% menjadi Rp 1.425 per saham.
Adapun saham dua perusahaan farmasi pelat merah, Indofarma (INAF) dan Kimia Farma (KAEF), menjadi saham top gainers dengan kenaikan masing-masing sebesar 23,3% dan 23,08%.
(Baca: Ditopang Efek Stimulus AS, IHSG Meroket 7% hingga Tembus Level 4.000)
Sementara itu saham-saham di sektor keuangan naik 12,4%. Saham-saham bank besar menjadi penopang kenaikan sektor ini seperti saham Bank Central Asia (BBCA) yang meroket hingga 17,67% menjadi Rp 26,475 per saham. Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mengikuti di belakang BCA dengan kenaikan 16,8% menjadi Rp 2.850 per saham.
Saham-saham bank pelat merah lainnya juga naik tajam dengan saham Bank Mandiri (BMRI) naik hingga 16,58% menjadi Rp 4.500 per saham, kemudian saham Bank Negara Indonesia (BBNI) naik 13,92% menjadi Rp 3.600 per saham, sedangkan saham Bank Tabungan Negara (BBTN) naik 6,71% menjadi Rp 875 per saham.
Total saham yang ditransaksikan sepanjang sesi I mencapai 6,79 miliar unit dengan nilai transaksi Rp 7,32 triliun. Sebanyak 294 saham naik, 100 saham turun, dan 107 saham lainnya stagnan. Dana asing pun kembali mengalir masuk dengan nilai pembelian bersih (net buy) di seluruh pasar mencapai Rp 405,87 miliar.
Saham-saham perbankan menjadi sasaran beli investor asing yakni BBCA dengan net buy Rp 266,8 miliar, BBRI Rp 181,8 miliar, dan BMRI Rp 146,1 miliar.
(Baca: IHSG Anjlok, Harga Saham 8 Perusahaan Justru Meroket di Atas 20%)