Tekan Beban Usaha selama 2019, Garuda Akhirnya Cetak Untung Rp 98 M
PT Garuda Indonesia Tbk berhasil membukukan laba bersih sepanjang 2019 sebesar US$ 6,98 juta atau setara Rp 97,8 miliar dengan asumsi kurs Rp 14 ribu per dolar AS. Capaian tersebut berbalik dibanding 2018 yang mencatatkan rugi sebesar US$ 231,15 juta.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan hari ini, Senin (30/3), emiten berkode saham GIAA ini mengantongi pendapatan usaha sebesar US$ 4,57 miliar, tumbuh 5,6% dari tahun sebelumnya US$ 4,33 miliar.
(Baca: Erick Pastikan Proyek Kereta Cepat Tak Bakal Ditunda akibat Corona)
Kenaikan pendapatan tersebut terutama ditopang oleh pendapatan dari penerbangan berjadwal yang tahun lalu US$ 3,77 miliar yang tumbuh 6,9% dari tahun sebelumnya US$ 3,52 miliar. Sedangkan beban usaha mampu turun 4% dibanding 2018 menjadi US$ 4,59 miliar.
Adapun salah satu komponen paling besar yang membuat beban Garuda berkurang adalah operasional penerbangan yang turun 6,8% dari US$ 2,73 miliar menjadi US$ 2,54 miliar. Maskapai BUMN ini mampu menekan beban pemeliharaan dan perbaikan sebesar 5% dari US$ 566 juta menjadi US$ 538 juta. Beban bandarajuga turun 4,8% dari US$ 404 juta menjadi US$ 384 juta.
(Baca: Rugikan Driver, Asosiasi Ojol Dukung Jokowi Tak Terapkan Lockdown)
Di sisi lain, perusahaan sebenarnya mengalami kerugian atas selisih kurs dengan nilai bersih US$ 32,6 juta, berbalik dibanding 2018 yang mencatat US$ 28,36 juta. Meski demikian, perusahaan secara keseluruhan masih mampu membukukan laba usaha US$ 147,01 juta, berbalik dari rugi usaha US$ 199,1 juta pada 2018.
Catatan lainnya, total aset perusahaan pada akhir tahun lalu mencapai US$ 4,45 miliar atau lebih besar 7,2% dibandingkan dengan posisi pada akhir 2018. Sedangkan total liabilitas naik 6,26% dari US$ 3,51 miliar menjadi US$ 3,73 miliar.