518 Hoaks Corona: Internet Gratis dan Dokter Italia Bunuh 3.000 Pasien

Cindy Mutia Annur
13 April 2020, 11:02
518 Hoaks Corona: Internet Gratis dan Dokter Italia Bunuh 3.000 Pasien
kominfo
Salah satu konten terkait virus corona yang mendapat stempel disinformasi dari Kementerian Kominfo.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 518 isu hoaks terkait virus corona per hari ini (13/4). Dua di antaranya bertajuk pemerintah memberikan internet gratis dan dokter di Italia sengaja membunuh 3.000 pasien terinfeksi Covid-19.

Salah satu hoaks menyebutkan bahwa pemerintah menyediakan internet gratis selama pandemi corona. Kementerian Kominfo mencatat, kabar bohong ini disebar dengan  tautan (link) yang berbeda, tetapi karakter Uniform Resource Locator atau URL-nya hampir sama.

Direktur Jenderal Pos dan Penyelenggaraan Informatika (PPI) Kementerian Kominfo Ahmad Ramli menyampaikan, informasi tersebut hoaks. Pemerintah hanya bekerja sama dengan operator telekomunikasi untuk memberikan layanan internet gratis guna mengakses platform pendidikan.

(Baca: Hoaks Corona Capai 1.125, Salah Satunya 5.000 Ulama Disuntik Covid-19)

Ada juga disinformasi tentang Amerika Serikat (AS) yang tunduk terhadap Tiongkok dan  meminta bantuan untuk mengatasi virus corona. Kementerian Kominfo mengatakan, pembuat konten mengutip dari artikel Viva.co.id berjudul ‘Akhirnya Amerika Tunduk dan Minta Bantuan China Atasi Corona’ yang dimuat akhir Maret lalu (27/3).

Namun, Kominfo tidak menemukan adanya kalimat atau pernyataan terkait AS tunduk terhadap Tiongkok pada artikel tersebut. Berita itu hanya membahas Presiden AS Donald Trump yang meminta bantuan Presiden China Xi Jinping untuk mengatasi Covid-19.

Karena itu, Kementerian memberikan stempel disinformasi pada konten yang diunggah di Instagram tersebut. Sebab, klaim AS tunduk dengan Tiongkok tidak sesuai dengan isi artikel yang dijadikan sumber. 

(Baca: Kominfo Temukan 1.096 Hoaks Corona, 77 Kasus Ditangani Kepolisian)

Lalu, muncul konten disinformasi tentang penangkapan seorang dokter asal Italia yang sengaja membunuh 3.000 pasien positif virus corona. Setelah ditelusuri, foto dalam unggahan ini merupakan konten tentang penangkapan Dr. Eric Jones yang mengaku bersalah atas tuduhan narkoba.

Informasi tentang penangkapan Dr. Eric Jones itu dimuat oleh pressrepublican.com pada 2015. Artikel ini juga tidak ada kaitannya dengan virus corona.

Ada pula video yang menunjukkan polisi Italia menangkap warga lanjut usia (lansia) karena tidak mematuhi larangan keluar rumah saat pandemi. Video tersebut diberikan narasi, “Di Itali operasi tangkap orang2 tua berusia 65 tahun ke atas tanpa peduli, kasar, dimasukkan ke mobil box. Karena sdh ada larangan keluar rumah, tapi keluyuran …”.

Faktanya, video tersebut merupakan unjuk rasa antipemerintah di Baku, Azerbaijan pada Oktober 2019. Video tersebut pernah diunggah pada 21 Oktober 2019 melalui YouTube resmi jaringan berita Azerbaijan, Meydan TV yang berbasis di Berlin, Jerman.

(Baca: Cegah Hoaks, Pesan WhatsApp Cuma Bisa Diteruskan Sekali Mulai Hari Ini)

Kemudian, beredar pesan berantai di Whatsapp yang menginformasikan daftar nama pasien. Hoaks ini juga menyatakan perintah dari Dinas Kesehatan Bangkalan kepada masyarakat yang pernah melakukan kontak dengan dokter terkonfirmasi Covid-19 untuk melapor.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan Sudiyo menegaskan, sumber informasi tersebut hoaks. RS Dr Lukas tidak pernah mengeluarkan daftar nama pasien yang pernah kontak langsung dengan dokter positif virus corona.

Selanjutnya, beredar pesan berantai di Whatsapp mengatasnamakan Adidas yang akan membagikan sepatu gratis untuk melawan Covid-19.e Hadiah itu bisa didapatkan jika penerima pesan mengeklik tautan yang tercantum dalam pesan tersebut.

Namun, pada akun Instagram @adidasindonesia, tidak ada informasi resmi terkait pembagian sepatu olahraga gratis tersebut. Yang ada hanya unggahan tentang keterlambatan pengiriman sepatu, yang diunggah pada 23 Maret lalu.

Kementerian Kominfo mengatakan, penipuan mengatasnamakan Adidas juga pernah terjadi. Misalnya, saat ulang tahun Adidas yang ke-95 akan ada pembagian sepatu gratis. Hoaks ini disebar melalui pesan di Whatsapp.

(Baca: Hoaks Corona Capai 466: Pekerja Tiongkok di Ancol hingga Rukiah Trump)

Meski jumlah informasi bohong terkait pandemi corona terus bertambah, kementerian tidak berencana membatasi atau memblokir akses internet. "Tidak ada pembatasan," ujar Menteri Kementerian Kominfo Johnny G Plate kepada Katadata.co.id, awal Maret lalu (1/4).

Kementerian justru berfokus menjaga pemanfaatan cakupan frekuensi (bandwidth) operator seluler agar tetap optimal. Hal ini bertujuan menjaga kualitas layanan data mengingat masyarakat tengah belajar dan bekerja dari rumah alias work from home.

Ketimbang memblokir akses internet, kementerian mendorong platform digital seperti Facebook, Google hingga Twitter menangguhkan (take down) konten hoaks terkait covid-19. Selain itu, kementerian bekerja sama dengan kepolisian menindak para pembuat dan penyebar hoaks. 

Kementerian juga bakal mengeluarkan peraturan menteri (Permen) yang merupakan turunan dari revisi Undang-undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE). Aturan tersebut bertujuan meminimalkan penyebaran hoaks di Indonesia.

Pelaku yang membuat atau menyebarkan berita palsu akan didenda Rp 1 miliar, sebagaimana diatur dalam UU ITE. Sedangkan platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Google dan lainnya yang menjadi sarang hoaks bisa didenda Rp 500 juta.

(Baca: Profesor UI: Mitos, Vitamin hingga Klorokuin Sembuhkan Pasien Corona)

Reporter: Cindy Mutia Annur

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...