Harga Bitcoin Diprediksi Jatuh Hingga US$ 3.200 Imbas Pandemi Corona
Harga mata uang kripto (cryptocurrency) bitcoin diprediksi anjlok hingga di bawah US$ 3.200 atau sekitar Rp 50,1 juta (kurs Rp 15.660/US$). Padahal ketika virus corona belum menjadi pandemi, harganya sempat mencapai US$ 10.351 atau setara Rp 140 juta pada 12 Februari 2020.
"Bitcoin bisa mencapai US$ 3.200, atau lebih rendah," kata Founder Silk Road, Ross Ulbricht, seperti dikutip Cointelegraph pada Selasa (14/3). Sebelumnya Ulbricht merujuk prediksinya itu pada prediksi tahun lalu. Ketika itu dia memprediksi harga bitcoin bisa turun hingga di bawah US$ 4.200.
Menurutnya, penurunan itu merupakan siklus dari bitcoin. Mulai dari 2011 hingga akhir 2017 merupakan masa-masa peningkatan adopsi bitcoin. Bahkan, titik harga tertinggi sepanjang masa mata uang kripto atau cryptocurrency ini sempat mencapai US$ 20 ribu pada 2017.
Ulbricht mengatakan, saat ini bitcoin masuk ke dalam siklus kedua. Cermin dari yang pernah terjadi pada 2014 ketika bitcoin turun tajam.
(Baca: Singapura Atur Cryptocurrency, Bitcoin akan Dipakai Berbelanja)
Mengutip Bloomberg, harga bitcoin pada Senin (13/4) diperdagangkan di bawah US$ 7 ribu, atau turun 5,4% dari US$ 6.739. Penurunan itu diikuti oleh mata cryptocurrency lainnya seperti Litecoin dan XRP yang turun 5%.
Cryptocurrency memang tidak lepas dari tekanan pandemi corona lantaran banyak investor meninggalkan aset berisiko. Pada awal tahun, bitcoin bahkan telah kehilangan nilainya lebih dari 6%. Bitcoin mengakhiri kuartal pertama 2020 dengan penurunan nilai hingga 10%.