Siasat Empat UMKM Bertahan di Tengah Pandemi Corona
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang terdampak pandemi corona. Kendati begitu, ada empat pelaku UMKM yang menerapkan strategi khusus agar dapat bertahan di tengah wabah virus corona.
Yang pertama, pemilik apotek E-Medica Ratno Sanjoko. Beberapa usahanya, terutama yang bergerak di bidang jasa, sangat terpukul akibat pandemi Covid-19. “Memang selama pandemi ini beberapa usaha saya harus tutup sementara. Tapi hal tersebut tidak mematahkan semangat saya,” kata dia dalam siaran pers, Senin (20/4).
Ia memahami bahwa bisnis apotek lebih menjanjikan di tengah pandemi. Transaksi di apotek yang terletak di Surabaya Barat tersebut melonjak 60% selama pandemi virus corona. Produk yang penjualannya meningkat drastis seperti suplemen, masker, vitamin dan hand sanitizer.
(Baca: Bisnis Anjlok akibat Pandemi Corona, UMKM Bisa Ubah Strategi Usaha)
“Para karyawan saya perbantukan di apotek,” ujar Ratno. Ia bahkan menambah jumlah tenaga kerja lepas di apotek, karena pegawai kewalahan akibat tingginya permintaan.
Penjualan produk kesehatan tersebut utamanya disokong pemesanan melalui platform atau online. “Biasanya pesanan melalui GrabExpress cuma tiga kali sehari, tetapi sekarang bisa hampir setiap jam,” kata dia.
Kedua, pegiat UMKM asal Makassar Fauzia Yusuf yang mengelola usaha penyewaan balon dan peralatan acara bernama Roomfay. Fauzia tetap membuka usahanya meski ada pandemi Covid-19.
Permintaan masih tetap tinggi, karena Sebagian masyarakat masih mengadakan acara secara online maupun tertutup. “Pesanan memang tidak sebanyak biasanya, tapi tetap buka dan siap mengerjakan pesanan dari pelanggan yang membutuhkan jasa saya. Hingga saat ini masih lumayan banyak,” ujar Fauzia.
(Baca: 6 Tips Facebook dan Jouska agar UMKM Bertahan di Tengah Pandemi Corona)
Untuk bisa tetap berusaha selama pandemi corona, ia mengandalkan pemesanan online seperti GrabExpress. Melalui layanan GrabExpress Car, pengusaha bisa mengalokasikan armada GrabCar untuk mengirimkan barang hingga 150 kilogram, dan dilengkapi asuransi.
Ketiga, Fitri Saniatul Hasanah yang memiliki usaha makanan bernama Vidikitchen di Bandung. “Bisnis makanan sangat sensitive, terlepas dari adanya pandemi ini atau tidak. Jika lalai menjaga kebersihan, nama baik brand menjadi taruhannya,” ujar Fitri.
Oleh karena itu, ia berfokus untuk memastikan kebersihan dapur dan peralatan masaknya selama ini. Akan tetapi, pandemi corona sempat membuatnya berpikir untuk menutup usaha sementara waktu.
“Saya sadar, ada orang lain yang nasibnya bergantung kepada saya, contohnya pegawai dan pengemudi GrabExpress,” katanya. Karena itu, ia mengandalkan layanan Kirim ke Banyak Tujuan dan Banyak Pemesanan Sekaligus di platform Grab.
(Baca: Kadin: Sektor Pariwisata Paling Terdampak Corona, Ribuan Hotel Tutup)
Terakhir, penjual busana Qonita Azzahra juga masih menjalankan usahanya meski ada pandemi Covid-19. Pemilik usaha busana muslim bernama Qonita Project ini mengandalkan e-commerce dan platform online seperti Grab untuk menjual produk.
“Memang ada penurunan dari segi pesanan, tapi saya sangat bersyukur karena masih ada orang yang membeli barang yang saya jual,” ujar perempuan yang berdomisili di Medan ini.
Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyebutkan, pengiriman barang oleh social seller menggunakan GrabExpress meningkat 40% selama pandemi corona. “Di masa yang sulit seperti saat ini, kami sadar bahwa berhenti berusaha bukalah jawaban,” katanya.
Saat ini, decacorn asal Singapura itu menggaet sembilan juta mitra pengemudi dan agen. Layanannya tersedia di lebih dari 349 kota di delapan negara Asia Tenggara.
(Baca: Beda Cara Gojek dan Grab Tekan Dampak Pandemi Corona Terhadap Mitra)