Sri Mulyani: Covid-19 Ciptakan Lonjakan Kemiskinan Hanya dalam 2 Bulan
Pandemi virus corona memukul perekonomian seluruh dunia, termasuk Indonesia hanya dalam waktu beberapa bulan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut wabah ini telah menyebabkan lonjakan pada angka kemiskinan.
"Covid-19 hanya Maret sampai Mei sudah menyebabkan lonjakan angka kemiskinan kita," kata Sri Mulyani i dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat melalui konferensi video di Jakarta, Rabu (6/5).
Menurut dia, Covid-19 dapat memutarbalikan tren penurunan angka kemiskinan dalam 9 tahun terakhir. Jumlah penduduk miskin pada September 2019 tercatat sebanyak 24,79 juta jiwa, turun dari September 2011 yang sebesar 29,89 juta.
(Baca: Indonesia dalam Pusaran Gelombang Angka Kemiskinan Dunia)
Guna menjaga jumlah penduduk miskin, pemerintah akan terus menyalurkan bantuan sosial. "Ini jadi salah satu upaya untuk bisa jaga agar kemiskinan tidak semakin melonjak akibat Covid-19," ucap dia.
Sri Mulyani sebelumnya memperkirakan ada tambahan 1,1 juta orang miskin akibat pandemi corona pada kuartal II 2020. Angka tersebut berasal dari skenario berat pemerintah. Dalam skenario yang lebih berat, ia menyatakan bakal ada tambahan 3,78 juta orang miskin di Indonesia.
Menurut Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, Covid-19 memang telah menyebabkan banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai wilayah. Dalam skenario berat, pemerintah mengasumsikan adanya kenaikan 2,9 juta orang pengangguran baru. Dalam skenario lebih berat bisa sampai 5,2 juta.
(Baca: PSBB Meluas, Sri Mulyani Antisipasi Ekonomi Jatuh Makin Dalam)
Badan Pusat Statistik pada Selasa (5/5) merilis angka pengangguran di Tanah Air per Februari 2020 sebanyak 6,88 juta orang, bertambah 60 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data pengangguran tersebut belum sepenuhnya menghitung dampak pandemi corona yang baru merebak di Tanah Air pada maret.
Tingkat pengangguran terbuka tercatat 4,99%. Sementara jumlah angkatan kerja pada Februari tercatat sebanyak 137,91 juta orang, bertambah 1,73 juta orang dibanding Februari 2019.
Jumlah pengangguran di perkotaan secara persentase berkurang dari 6,3% menjadi 6,15%. Sementara jumlah pengangguran di pedesaaan naik dari 3,45% menjadi 3,55%.