Anggota DPR Kritik Konsistensi Pemerintah yang Longgarkan Transportasi

Cindy Mutia Annur
10 Mei 2020, 16:09
pandemi corona, pelonggaran transportasi, virus corona, komisi ix dpr
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Calon penumpang yang akan berpergian menggunakan Bus AKAP (antar kota antar provinsi) mengantre untuk diperiksa dokumennya di Terminal Pulogebang, Jakarta, Minggu (10/5/2020). Meskipun pelayanan Bus AKAP telah dioperasionalkan di Terminal Pulogebang namun sejumlah penumpang dilarang berangkat karena tidak termasuk dalam kriteria yang diperbolehkan untuk berpergian.

Anggota Komisi IX DPR Bukhari Yusuf menilai pemerintah tak konsisten alias 'galau' soal penanganan corona di Indonesia. Pasalnya, menurut dia, pernyataan Presiden Joko Widodo dan sejumlah kementerian maupun instansinya berbeda-beda, khususnya soal keputusan pelonggaran moda transportasi.

Bukhari berharap pemerintah bisa konsisten atas apa yang diucapkannya dalam menangani penyebaran corona di Tanah Air melalui pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Apalagi, ia melanjutkan, sebenarnya dalam aturan PSBB selama ini sudah tercantum pengecualian yang berkaitan dengan masalah pengangkutan logistik dan masalah kesehatan.

"Pemerintah ini galau. Saya pikir (kebijakan pelonggaran transportasi) itu sangat tidak konsisten," ujar Bukhari dalam video conference, Minggu (10/5).

Dia menilai, pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD terkait pelonggaran PSBB itu salah satunya bertujuan menghindari masalah ekonomi. Sedangkan, Jokowi mengatakan bahwa PSBB bakal diperketat dan efektif.

(Baca: KSP Klaim Pemerintah Tak Longgarkan PSBB, Tapi Ekonomi Tetap Penting)

Bukhari mengatakan apabila pemerintah hendak melonggarkan aturan PSBB namun harus tetap mempertimbangkan berbagai dampaknya. Sebab, dirinya khawatir bahwa kebijakan Jokowi selama ini belum dipahami secara menyeluruh oleh para tim teknisnya sehingga menyebabkan adanya miskomunikasi antarpihaknya.

Dia berharap agar jangan sampai sikap presien yang telah tegas melalui aturan PSBB justru malah 'dipermainkan' oleh kementerian/instansinya. Ia menilai, pemerintah pun harus siap untuk menerima konsekuensi akibat dari kebijakan inkonsistensinya.

"Ketika kita longgarkan (PSBB) kemungkinan ada kenaikan kasus positif lagi, maka pemerintah harus mempersiapkan hal utama yakni fasilitas kesehatan yang memadai. Jangan sampai kita mulai bersahabat (melakukan pelonggaran), lalu kita tidak bisa menanganinya," ujar dia.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...