Cara dan Trik Hacker Meretas Data selama Pandemi Corona

Image title
11 Mei 2020, 15:59
Cara-cara hacker meretas data selama pandemi corona.
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/pras.
Pengguna Tokopedia bertransaksi melalui gawai di Jakarta, Senin (4/5/2020). Microsoft mencatat 241 negara menjadi korban hacker selama pandemi corona.

Bhinneka.com menjadi korban peretasan data oleh hacker atau di tengah pandemi corona. Pelakunya dikabarkan bernama ShinyHunters yang mengklaim mendapatkan 1,2 juta data pengguna Bhinneka.

Group Heard Brand Communication & Public Relation Bhinneka, Astrid Warsito telah mengonfirmasi kemungkinan peretasan ini dan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang timbul akibat ini. Sampai saat ini Bhinneka masih melakukan investigasi sistem internal.

“Kami juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam proses investigasi ini,” kata Astrid kepada Katadata.co.id, Senin (11/5).

Kejadian yang menimpa Bhinneka ini memperpanjang daftar e-commerce Indonesia yang diretas. Sebelumnya, data 91 juta pengguna Tokopedia dicuri dan dijual melalui situs gelap darkweb seharga US$ 5000 atau setara Rp 73,4 juta. Setelah itu Bukalapak menjadi korban dengan terbobolnya 13 juta catatan akun pengguna. Namun, pihak Bukalapak membantah datanya telah dibobol dan mengatakan yang tersebar adalah data lama.

Aktivitas hacker memang meningkat selama masa pandemi covid-19. Raksasa software, Microsoft menyebut 241 negara dengan kasus positif covid-19 telah menjadi sasaran hacker. Semakin banyak kasus di negara tersebut, maka semakin banyak aktivitas peretasan.

(Baca: 1,2 Juta Data Pengguna Bhinneka Dikabarkan Diretas)

Microsoft Threat Protection, sebuah aplikasi pengaman siber yang dikembangkan perusahaan Bill Gates ini telah mendeteksi 60.000 email dengan tautan berbahaya berhubungan dengan covid-19. Angka itu sebanding dengan 2% dari keseluruhan email penipuan selama pandemi virus corona.

Sementara perusahaan pengaman siber bernama Zscaler menyatakan bahaya peretasan selama pandemi virus corona meningkat 15% sejak awal tahun. Pada Maret peningkatan menjadi 20%. Dua kata kunci terbesar yang digunakan hacker untuk meretas adalah coronavirus dan covid-19, kata Wakil Presiden Penelitian Keamanan Zscaler, melansir Cnet.com.

Pada Maret, Zscaler mencatat 20.000 kejadian penipuan dengan menggunakan dua kata kunci tersebut yang mengarah kepada situs palsu. Perusahaan ini juga mencatat 7.000 kejadian korban telah tertipu dan mengunduh malware.

(Baca: Mengenal RaidForums, Forum Hacker Tempat Jual Beli Data yang Bocor)

WHO Ikut Jadi Sasaran Hacker      

Tak sekadar menyerang personal dan perusahaan, hacker juga menyerang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Melansir Reuters, percobaan peretasan situs WHO terjadi pada awal Maret 2020. Chief Information Security Officer WHO, Flavio Aggio mengatakan percobaan tersebut tak berhasil tapi pelaku belum dapat diidentifikasi. Peretasan ini berhubungan dengan upaya WHO menanggulangi virus corona. Serangan juga terjadi kepada rekanan WHO di seluruh dunia.

Peretasan terhadap situs WHO pertama kali disadari oleh Alexander Urbelis, seorang ahli keamanan siber dan pengacara yang berbasis di New York. Pada 13 Maret ia menemukan sekelompok peretas membuat situs jahat dengan menirus sistem email internal WHO.

“Saya langsung menyadari itu adalah serangan ke WHO,” kata Urbelis, melansir Reuters.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...