Bisnis Gadai Naik Saat pandemi, Pegadaian Yakin Cetak Laba Tahun Ini

Image title
15 Mei 2020, 07:10
pegadaian, pandemi corona, covid-19, virus corona, bumn
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/nz
Pegawai Pegadaian melayani nasabah di Kantor Cabang Pegadaian Bogor, jalan Juanda, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/5/2020). Pegadaian optimistis cetak laba meski pandemi corona.

PT Pegadaian (Perseroan) optimistis mencetak laba pada tahun ini. Pasalnya, bisnis gadai masih dibutuhkan terutama saat pandemi corona. 

Sekretaris Perusahaan Pegadaian R. Swasono Amoeng Widodo mengatakan perusahaan telah membuat tiga skenario dalam menghadapi penyebaran Covid-19. Skenario pertama jika virus corona bertahan hingga Juni 2020, skenario kedua jika bertahan hingga September 2020, dan ketiga jika berlangsung sampai Desember 2020.

Jika pandemi berakhir Desember 2020, ia memproyeksi, perusahaan tetap mencetak laba sekitar 75% dari target tahun ini sebesar Rp 3,3 triliun. Target laba perusahaan pada tahun ini lebih tinggi dari realisasi laba pada 31 Desember 2019 sebesar Rp 3,1 Triliun.

Stresst test yang kami buat, Pegadaian tetap dibutuhkan meskipun dalam situasi krisis,” kata Amoeng dalam konferensi pers virtual, Kamis (14/5). 

Untuk mencapainya, Pegadaian menargetkan ada penambahan nasabah baru sebanyak 1-1,5 juta nasabah. Strateginya dengan meluncurkan program gadai tanpa bunga atau bunga 0%.

Perusahaan juga menambah saluran khusus produk gadai dengan memanfaatkan transformasi digital. Selanjutnya, BUMN itu menawarkan program pick up dan delivery service dengan menggandeng Gojek dan Grab.

Dengan begitu, nasabah tak perlu datang ke kantor cabang Pegadaian. Dampaknya, perusahaan bisa mengurangi SDM di kantor cabang dan mensubsitusinya dengan memperbanyak SDM di divisi marketing.

“Tentunya kami juga akan efisiensi pengeluaran operasional dan produk nongadai kami pending,” ujarnya.  

(Baca: Tak Terpengaruh Pandemi, Bisnis Pegadaian Tumbuh 15,91%)

Di sisi lain, Pegadaian menargetkan outstanding loan (OSL) untuk semua produk, baik produk gadai maupun nongadai sebesar Rp 54 triliun pada akhir 2020. Hingga 30 April 2020, OSL perusahaan telah mencapai Rp 52 triliun, naik dibandingkan 31 Desember 2020 sebesar Rp 50 triliun.

Menurutnya, peningkatan OSL itu ditopang oleh bisnis gadai yang mencapai Rp 39 triliun, meningkat 15,91% secara tahunan atau year on year (yoy) dari April 2019 sebesar Rp 34 Triliun. 

Namun, bisnis nongadai perusahaan telah terdampak pandemi corona. Padahal, sebesar 15-20% pendapatan perusahaan berasal dari sektor nongadai atau produk multifinance. “Leasing Amanah kami sekarang terdampak," ujar dia.

Menurut Amoeng, sektor nongadai inilah yang akan akan memperoleh restrukturisasi pembiayaan. Adapun bentuk restrukturisasi dengan memberikan keringanan bunga kepada kreditur.

Jika tadinya debitur harus membayar bunga sebesar 13% setiap tahunnya, maka 6% akan disubsidi oleh pemerintah. Sehingga, debitur yang terdampak Covid-19 hanya membayar bunga sebesar 7%.

Hingga April 2020, OSL nongadai mencapai Rp 10 Triliun. Sebesar 10% atau setara Rp 1 triliun telah mengajukan restrukturisasi pembiayaan.

Meski begitu, ia belum mau mengungkapkan berapa total restrukturisasi pembiayaan yang telah disalurkan. “Ini angkanya kan berubah-berubah setiap hari, kami belum bisa buka realisasinya berapa,” ujarnya.

Dengan kinerja nongadai yang tak maksimal, Pegadaian memproyeksi laba pada kuartal II 2020 bakal turun. Apalagi rasio nonperforming loan (NPL) produk nongadai meningkat hingga 3,5% pada April 2020. Padahal, NPL perserian pada 31 Desember 2019 hanya mencapai 1,75%.

(Baca: Ringankan Beban Nasabah, Pegadaian akan Beri Bunga 0%)

Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...