Wall Street dan Bursa Global yang Terkerek Harapan Atas New Normal
Wall Street pimpin lonjakan bursa global pada perdagangan Selasa (26/5) setelah investor berspekulasi bahwa dampak terburuk pandemi corona terhadap ekonomi telah berlalu. Spekulasi ini dipicu oleh langkah sejumlah negara yang melonggarkan pembatasan dan memulai tatanan kehidupan new normal.
Selasa kemarin juga menandai aktivitas perdagangan pertama secara langsung di Bursa Saham New York (NYSE). Sebab, pandemi corona memaksa pembukaan, perdagangan dan penutupan bursa dilakukan secara online sejak 23 Maret 2020.
Dengan mengenakan masker, Gubernur New York Andrew Cuomo membunyikan bel pembukaan perdagangan di NYSE. Para pialang juga bermasker dan saling menjaga jarak dengan tabir pleksiglas.
Begitu perdagangan dimulai, S&P 500 menguat 2,2% menembus di atas 3.000 untuk pertama kalinya sejak 5 Maret. Dow Jones Industrial Average naik sekitar 600 poin, atau 2,4% mencapai di atas 25.000, atau pertama sejak awal Maret. Sementara Nasdaq Composite naik 1,6%.
(Baca: Investor Sambut Kebijakan New Normal, IHSG Naik 1,78% ke 4.626,8)
Penguatan terus terjadi hingga bursa ditutup pada Selasa (26/5) petang waktu AS atau Rabu pagi waktu Indonesia. Dow Jones Industrial Average naik 529,95 poin atau 2,17% ke level 24.995,11. Sedangkan indeks S&P 500 memperoleh tambahan 36,32 poin yang setara 1,23% menjadi 2.991,77 saat Nasdaq Composite meningkat 15,63 poin atau 0,17% di posisi 9.340,22.
Sejauh ini, Indeks S&P 500 sudah naik sekitar 35% dari posisi terendah bulan Maret. Hal ini terjadi di tengah harapan adanya vaksin penangkal virus corona dan pelonggaran pembatasan.
"Pasar lebih fokus pada berita terkait perawatan kesehatan yang semakin baik dan kemungkinan vaksin ada di akhir tahun dan potensi peningkatan kegiatan ekonomi karena semakin banyak negara membuka kembali (kegiatan ekonominya)," kata Art Hogan, kepala strategi pasar National Securities New York seperti dikutip Reuters, Selasa (26/5).
Dalam beberapa hari terakhir sentimen pasar memang mendapat suplemen penguatan terkait vaksin corona hingga skenario new normal. Pada Senin (25/5), perusahaan bioteknologi AS Novavax menyatakan mulai meneliti eksperimen pertama vaksin Covid-19 terhadap manusia. Hasil awalnya tentang keselamatan dan respons imunitas diharapkan keluar pada Juli 2020.
(Baca: Himpun Dana Rp 200 Miliar, Kemenristek Kembangkan Vaksin Virus Corona)
Pekan lalu, Moderna mengumumkan bahwa 45 pasien yang menjalani uji vaksin mRNA-1273 berhasil mengembangkan antibodi terhadap Covid-19.
Sebelumnya, pengembangan vaksin buatan Tiongkok yang merupakan hasil kerja sama antara Cansino Biologics dan Beijing Institute of Technology (Ad5-nCoV) juga membawa kabar baik.
"Hasil ini merupakan tonggak penting. Percobaan ini menunjukkan bahwa dosis tunggal dari vaksin baru adenovirus tipe 5 vektor COVID-19 (Ad5-nCoV) menghasilkan antibodi spesifik virus dan sel T dalam 14 hari, menjadikannya kandidat potensial untuk selanjutnya investigasi ", kata Profesor Wei Chen dari Institut Bioteknologi Beijing.
Selain itu, harapan atas tatanan hidup new normal yang ditandai dengan pelonggaran lockdown juga menimbulkan optimisme. Di AS, meski Presiden Donald Trump menutup penerbangan dari Brasil yang kini menjadi episentrum Covid-19 di Amerika Selatan, namun beberapa negara bagian seperti New York dan California mulai melonggarkan pembatasan.
Sementara di luar negeri, Jepang mencabut keadaan darurat. Begitu pula Spanyol serta Italia bersiap membuka perbatasan untuk menggeliatkan kembali sektor pariwisata yang sangat penting bagi kedua negara.
Kemudian, Yunani, Jerman, dan Republik Ceko juga akan mengizinkan bar serta restoran beroperasi kembali. Sedangkan Inggris berencana membuka kembali sekolah dasar bulan depan.
Kondisi itu pun disambut oleh pelaku pasar. Di Eropa, bursa-bursa saham utama menguat 1% atau lebih. Bursa London menguat setelah zona euro ditutup menguat tajam pada Senin (25/5), walau kenaikannya tertahan oleh penguatan nilai tukar pound. Begitu pula di Asia, pasar saham ditutup menguat. Tokyo naik lebih dari 2% dan Hong Kong menguat 1,9%.
(Baca: Beberapa Perusahaan Publik Kebal dan Raih Untung saat Pandemi Covid-19)
Bagaimanapun, beberapa analis mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum benar-benar berakhir. Begitu pula ada potensi pelemahan akibat ketegangan AS dan Tiongkok. Toh semua itu tak menghalangi sentimen positif pasar.
“Tidak berarti kami harus menafikan risiko gelombang kedua, pelemahan pertumbuhan berkepanjangan, dan isu-isu geopolitik,” ujar Chris Iggo, analis AXA Investment Managers.