Saham BTN Meroket 17% Pimpin Sektor Keuangan, IHSG Sesi I Naik 2,47%
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I Selasa (2/6) naik hingga 2,47% ke level 4.871,23. Kinerja indeks terutama ditopang saham-saham di sektor keuangan yang naik 4,7%, terutama saham-saham perbankan besar yang naik signifikan.
Saham bank pelat merah Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang meroket hingga 17,11% ke Rp 890 per saham, memimpin laju positif indeks sektor keuangan. Saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyusul dengan kenaikan 8,47% ke level Rp 3.200.
Kemudian Bank Central Asia Tbk (BBCA) lompat 5,68% ke Rp 27.425 per saham, diikuti saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang melesat 5,15% ke Rp 4.700, lalu Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 3,85% ke Rp 675, dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,66% ke Rp 3.970.
Saham dua bank terbesar negeri ini, yakni BRI dan BCA pun laris manis diborong investor asing di tengah aliran masuk modal asing yang cukup deras ke pasar saham domestik yang mencapai Rp 451,29 miliar di seluruh pasar.
(Baca: IHSG Dibuka Lompat 2,2%, Investor Asing Borong Saham BRI Rp 289 Miliar)
Saham BRI diborong investor asing dengan nilai bersih sebesar Rp 404,44 miliar, sedangkan saham BCA dibeli dengan nilai bersih Rp 186,97 miliar, keduanya melalui pasar reguler.
Adapun pada sesi I ini total nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp 6,23 triliun dari 4,91 miliar saham yang diperjual belikan investor. Sebanyak 230 saham menghijau, 158 saham memerah, dan sisanya tak bergerak alias stagnan.
IHSG pun memimpin bursa saham Asia yang juga kompak menghijau, kecuali bursa Tiongkok yang terkoreksi tipis sebesar 0,11%. Hingga pukul 12.23 WIB, indeks PSEi Filipina mengekor IHSG dengan kenaikan 1,6%, kemudian indeks Straits Times Singapura melesat 1,47%, Nikkei 1,13%, Kospi 0,81%, serta Hang Seng naik 0,38%.
Adapun kinerja bursa Asia hingga siang ini didorong sentimen dilonggarkannya karantina wilayah atau lockdown, dan berbagai kebijakan pembatasan lainnya di berbagai penjuru dunia. Sehingga perekonomi global dapat segerap pulih setelah terpukul pandemi corona.
(Baca: Kembangkan Vaksin Corona dengan Genexine, Saham Kalbe Farma Jatuh 1,8%)
Namun analis memperingatkan investor agar tidak terlalu optimistis dalam menyikapi kondisi pasar saat ini lantaran masih ada sejumlah sentimen lainnya yang berpotensi menjadi penghambat proses pemulihan ekonomi pasca-covid 19.
“Masih ada ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, kerusahan di Hong Kong dan AS, dan ketidakpastian tentang vaksin atau metode pengobatan yang efektif untuk virus corona,” kata kepala riset Asia Pasifik di ING, Robert Carnell, seperti dikutip MarketWatch, Selasa (2/6).