IHSG Sepekan Meroket 8,69%, Waspadai Ekspektasi Berlebihan Investor

Image title
3 Juni 2020, 21:05
Ilustrasi, pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama enam hari berturut-turut IHSG selalu ditutup di zona hijau berkat ekspektasi pulihnya ekonomi di era New Normal.
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ilustrasi, pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama enam hari berturut-turut IHSG selalu ditutup di zona hijau berkat ekspektasi pulihnya ekonomi di era New Normal.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) tengah menjalani reli positif selama enam hari berturut-turut perdagangan. Tercatat, pasca lebaran atau sejak 26 Mei hingga 3 Juni 2020, IHSG meroket 8,69% di level 4.941,00.

Kenaikan secara berturut-turut ini terjadi di tengah masih banyaknya sentimen negatif, baik dari dalam maupun secara global, yang mempengaruhi pasar modal. Contohnya, masih tingginya angka pasien terpapar virus corona atau Covid-19 di Indonesia, di mana hingga Rabu (3/6) tercatat ada 28.233 orang positif Covid-19.

Sementara dari global, kembali memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok, bisa berpengaruh pada pasar modal. Terbaru, Tiongkok meminta perusahaan milik negara untuk menghentikan pembelian kedelai dan babi dari AS.

Kebijakan ini merupakan balasan atas langkah Presiden AS Donald J. Trump yang memulai proses penghapusan status khusus Hong Kong. Selain itu, Trump juga melarang mahasiswa dan peneliti dari Tiongkok masuk ke AS.

Meski begitu, IHSG dalam beberapa hari terakhir tetap bisa ditutup naik dengan nilai transaksi yang besar, serta aktifnya investor asing mencatatkan net buy.

(Baca: Transaksi di Bursa Saham Capai Rp 12,8 Triliun, IHSG Ditutup Naik 1,9%)

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengakui jika di atas kertas, memang sentimen negatif masih membayangi. Namun, indeks masih bisa ditopang oleh ekspektasi dan harapan investor terhadap perekonomian Indonesia di masa pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, pemerintah tengah mengkaji pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan skema tatanan hidup baru atau New Normal, diharapkan denyut nadi ekonomi Indonesia bisa kembali berjalan.

Meski begitu, dia menilai tren kenaikan ini tidak akan lama karena angka positif corona di Indonesia masih tinggi dan adanya ancaman penularan Covid-19 gelombang kedua setelah adanya pelonggaran PSBB.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...