Pengusaha Nilai Peluang RI Gaet Relokasi Investasi Tiongkok Kecil

Image title
25 Juni 2020, 16:22
Ilustrasi, pekerja industri alas kaki. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprinso) menilai peluang Indonesia menggaet relokasi investasi dari Tiongkok kecil.
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nz
Ilustrasi, pekerja industri alas kaki. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprinso) menilai peluang Indonesia menggaet relokasi investasi dari Tiongkok kecil.

Asosiasi Persepatuan Indonesia atau Aprinso memperkirakan, peluang Indonesia mendapatkan relokasi investasi dari Tiongkok semakin kecil. Alasannya, ada beberapa faktor yang menghambat minat investasi asing masuk.

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri mengatakan, salah satu hambatan yang memperkecil peluang Indonesia menggaet relokasi investasi adalah, belum rampungnya perjanjian dagang dengan Uni Eropa atau Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA).

"Peluangnya semakin kecil, karena pemerintah tahun lalu menjanjikan 2020 penyelesaian IEU CEPA dapat tercapai, tapi sampai sekarang tidak ada kelanjutannya. Padahal, kesepakatan ini sangat diperlukan agar Indonesia bisa bersaing dengan Vietnam," kata Firman kepada Katadata.co.id, Kamis (25/6).

Sebelumnya, industri alas kaki masih optimistis relokasi investasi dapat digaet dengan menawarkan kawasan industri di Jawa Tengah, yang memiliki upah lebih kompetitif. Namun, hal itu tidak dibarengi dengan penyelesaian perjanjian dagang dengan Eropa yang merupakan salah satu pasar terbesar ekspor alas kaki.

Sebagai pesaing utama industri alas kaki, Vietnam telah bergerak cepat menyelesaikan perjanjian dagang dengan Uni Eropa. Alhasil, bea masuk produk alas kaki ke Eropa lebih murah dibandingkan dengan Indonesia.

Hambatan kedua adalah letak geografis, di mana letak Vietnam lebih dekat dengan Tiongkok sebagai produsen bahan baku. Hal ini dinilai menguntungkan, karena industri di Vietnam bisa mendapatkan bahan baku lebih cepat dan murah.

(Baca: BKPM Bentuk Satgas untuk 'Jemput Bola' Relokasi Industri dari Tiongkok)

"Bahan baku kita masih ketergantungan dengan Tiongkok dan posisi Vietnem dengan bahan baku lebih dekat. Apalagi sekarang dengan mereka ada kesepakatan dagang denga Eropa kita sudah kalah bea masuk di sana," kata dia.

Kekalahan semakin telak, karena secara produktivitas sentra industri alas kaki Indonesia kalah jauh dibandingkan Vietnam, lantaran perbedaan jam kerja.

Untuk meningkatkan daya saing, Aprisindo mendesak pemerintah segera merampungkan perjanjian-perjanjian dagang internasional.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...