Pakar IT Ungkap Potensi Pencurian Data di Aplikasi TikTok

Cindy Mutia Annur
3 Juli 2020, 16:12
Pakar IT Ungkap Potensi Pencurian Data di Aplikasi TikTok
ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly/ama/dj
Ilustrasi, logo TikTok dipasang pada layar diatas Times Square di Kota New York, Amerika Serikat, Jumat (6/3/2020).

TikTok menjadi perbincangan warganet, karena dituding mengambil data pribadi pengguna. Pakar informasi dan teknologi (IT) mengatakan, belum ada bukti terkait hal ini. Namun, mereka menilai potensi kebocoran data melalui aplikasi selalu ada.

Isu pencurian data di aplikasi TikTok disampaikan oleh pengguna Twitter dengan nama akun @YourAnonCentral. Ia mengatakan bahwa aplikasi besutan perusahaan Tiongkok, Bytedance itu disematkan malware.

Advertisement

Di dalam negeri, pengguna Twitter dengan nama akun @SoundOfYogi menyampaikan hal serupa. (Baca: Kalah Saing dari TikTok, Facebook Tutup Aplikasi Lasso)

Namun, Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan, belum ada bukti bahwa TikTok melakukan pencurian data pengguna. Pengambilan data tidak bermasalah, jika pengguna menyetujui syarat dan ketentuan (terms & conditions) saat membuat akun.

Hal serupa juga dilakukan oleh perusahaan teknologi lain seperti Instagram, Google Maps, Facebook. “Belum ada bukti solid. Kabar itu hanya kekhawatiran kalau data pengguna disalahgunakan dan diserahkan ke pemerintah Tiongkok," ujar Alfons kepada Katadata.co.id, Jumat (3/7).

Pendapat serupa disampaikan oleh Peneliti Keamanan Siber dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi. Pengambilan data merupakan hal yang biasa dan legal, sepanjang sesuai dengan persetujuan pengguna pada saat awal pembuatan akun.

(Baca: India Blokir 59 Aplikasi Asal Tiongkok, Termasuk TikTok dan WeChat)

Meski begitu, ia mengakui ada potensi pengambilan data seperti kontak, foto, sistem navigasi berbasis satelit (GPS), konten media sosial, dan lainnya. Potensi ini bisa terjadi di banyak aplikasi.

“Pengambilan data bisa saja dilakukan oleh aplikasi dan pemerintah negara di mana platform itu dibuat," ujar Heru. "Jadi, perlu lembaga seperti Kementerian Kominfo dan BSSN untuk mengecek semua aplikasi.”

Sedangkan Peneliti Keamanan Siber Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha menilai, kabar pencurian data di aplikasi TikTok terkait persaingan bisnis dan politik. Meski begitu, ia meminta pengguna tetap berhati-hati.

“Pengguna harus memastikan untuk memperbarui sistem operasi (OS) dan semua aplikasi pada perangkat yang dipakai agar celah keamanan bisa diperbarui," ujar Pratama.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement