Terobosan Nadiem, Guru Penggerak yang Seperti Pasukan Elite Kopassus
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim resmi meluncurkan program Merdeka Belajar V bertajuk Guru Penggerak pada Jumat (3/7). Guru Penggerak merupakan program pelatihan, identifikasi, pembibitan yang diperuntukan bagi para calon pemimpin pendidikan di masa depan.
Menurut Nadiem, Guru Penggerak akan melatih para guru menjadi calon kepala sekolah, pengawas sekolah, hingga pelatih para guru. Dengan demikian, Nadiem mengharapkan terjadi transformasi budaya pembelajaran di sekolah melalui program tersebut.
"Kita sedang bangun elite forces, bisa dibilang Kopassus-nya guru-guru kita di seluruh Indonesia," kata Nadiem dalam konferensi virtual, Jumat (3/7).
(Baca: Mendikbud Targetkan 405 Ribu Guru Penggerak hingga 2024)
Dia mengatakan, Guru Penggerak ini akan berbeda dengan guru-guru yang ada pada umumnya. Guru Penggerak diharapkan memiliki kemampuan untuk memimpin, berinovasi, dan melakukan perubahan.
Guru Penggerak juga dituntut mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik mengikuti profil pelajar Pancasila. Guru Penggerak pun diharapkan dapat akan menjadi pelatih bagi guru-guru lain di dalam maupun di luar sekolah.
Mereka, lanjut Nadiem, akan menjadi teladan dan agen perubahan dalam ekosistem pendidikan Indonesia saat ini. "Guru penggerak haurs punya dampak kepada guru-guru lain, sekolah dia, dan jadi suatu obor perubahan di masing-masing unit pendidikan bahkan di luar unit pendidikan.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril menambahkan, pendaftaran program Guru Penggerak akan dimulai pada 13-22 Juli 2020. Kemudian, Kemendikbud akan melakukan seleksi tahap pertama pada 23-30 Juli 2020.
Dalam seleksi tahap pertama, para calon Guru Penggerak akan diminta membuat esai, analisis studi kasus, dan tes bakat skolastik. "Lalu tanggal 31 Agustus sampai 16 September seleksi tahap kedua. Ada simulasi mengajar dan wawancara," kata Iwan.
Kemendikbud akan mengumumkan para calon guru Penggerak pada 19 September 2020. Kemudian, pelaksanaan program ini bakal berlangsung sejak 5 Oktober 2020 hingga 31 Agustus 2021.
Menurut Iwan, 70% komponen dalam pendidikan Guru Penggerak adalah belajar di tempat kerja dan refleksi. Sedangkan 20% komponen merupakan umpan balik dari rekan kerja Guru Penggerak.
(Baca: Pembukaan Sekolah dan Kampus di Jakarta Menanti Evaluasi Fase Transisi)
Adapun 10% sisanya merupakan pelatihan bersama fasilitator dan narasumber. "Jadi kita berkolaborasi bersama-sama, enggak sendirian. Latihannya harus betul-betul sesuai konteks yang dihadapi guru-guru penggerak ini," kata Iwan.
Dia menambahkan, pada modul pendidikan Guru Penggerak dibagi menjadi tiga materi. Modul pertama, akan berisi orientasi nilai Guru Penggerak yang berakar pada filosofi pendidikan Indonesia.
Modul juga akan berisi peran dan visi Guru Penggerak. "Membangun budaya positif di sekolah itu juga hal yang sangat penting," kata dia.
Kedua, modul pendidikan nantinya akan memuat cara mendidik yang berorientasi kepada murid. Dengan begitu, Guru Penggerak akan dilatih untuk mengajar dengan diferensiasi sesuai kebutuhan siswa.
Selian itu, program ini juga akan memberikan pelatihan dengan pendekatan pembelajaran sosial dan emosional. "Juga bagaimana melakukan coaching dengan baik dan produktif," kata dia.
Ketiga, modul akan mengajarkan para Guru Penggerak bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran. Menurut Iwan, Guru Penggerak harus bisa mengambil keputusan.
Mereka juga harus mampu mengelola sumber daya dan program sekolah. Hal itu harus berorientasi kepada sebesar-besarnya dampak kepada murid dan hasil belajar mereka," katanya.