Kasus Covid-19 Melonjak, Anies Ultimatum Warga Jakarta
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan mengultimatum warga bakal menerapkan kebijakan rem darurat jika tak mejalankan protokol kesehatan dengan ketat selama masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kasus virus corona atau Covid-19 di Ibu Kota terus melonjak, pada Minggu (12/7) jumlahnya bertambah 404 orang, rekor tertinggi tambahan harian.
Selain itu positivity rate atau angka rata-rata kasus positif corona dari jumlah pemeriksaan spesimen meningkat drastis hingga 10,5%. Anies menjelaskan, angka tersebut merupakan angka tertinggi selama masa transisi diterapkan. Kondisi diperburuk lantaran 66% orang yang terpapar merupakan orang tanpa gejala atau OTG sehingga sulit dilacak.
"Hari ini Jakarta mengalami lonjakan kasus tertinggi, saya ingatkan pada semua warga jangan sampai situasi ini jalan terus sehingga kami harus menarik rem darurat atau emergency break policy," kata Anies dalam video yang diunggah akun YouTube resmi Pemprov DKI Jakarta, Minggu (12/7).
Anies menambahkan bila pengereman terpaksa dilakukan maka kegiatan akan kembali ke rumah. Akibatnya kegiatan ekonomi, agama dan sosial terhenti. "Kita semua yang akan merasakan kerepotannya," kata dia.
(Baca: Positif Corona RI Bertambah 1.681 Kasus, Didominasi Orang Tanpa Gejala)
Selama masa transisi pada awal Juni positivity rate di Jakarta selalu di bawah 5% yang merupakan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagi sebuah wilayah yang akan melonggarkan kebijakan karantina wilayahnya.
Meski terdapat jumlah kasus baru di awal masa transisi, namun hal itu merupakan temuan kasus dari penambahan jumlah tes yang melebihi ketentuan WHO yakni 1.000 pengujian per 1 juta penduduk.
Secara rinci, Anies menyebut pada 4 - 10 Juni telah melakukan testing terhadap 21.197 orang melalui metode polymerase chain reaction (PCR) dengan positivity rate 4,4%. Kemudian pada 11 - 17 Juni meningkat menjadi 27.091 orang dengan positivity rate 3,1%.
Peningkatan pengujian terus dilakukan pada 18 - 24 Juni menjadi 29.873 orang dan positivity rate 3,7%. Kemudian pada 25 - 1 Juli jadi sebanyak 31.085 orang dites dengan positivity rate 3,9%. Sedangkan pada 2 - 8 Juli 34.007 orang dites dengan positivity rate 4,8%.
(Baca: Rekor Tambahan Kasus Covid-19, Gugus Tugas Sebut Positivity Rate Turun)
"Tapi hari ini tingkat positivity rate itu menjadi 10,5% melonjak dua kali lipat. Ini adalah satu peringatan bagi kita semua bahwa kita harus lebih waspada, lebih disiplin, karena itu secara khusus saya ingin menyampaikan pada seluruh masyarakat Jakarta jangan anggap enteng," kata Anies.
Lebih lanjut, Anies mengatakan, sejak tanggal 4 - 12 Juli di Jakarta terdapat penambahan kasus baru sebanyak 6.748 orang. Klaster penyebaran tertinggi berada di rumah sakit dengan persentase 45,26%, kemudian disusul pada klaster komunitas 38%.
Tak hanya itu, di pasar tradisional pun menjadi salah satu klaster penyebaran virus tertinggi dengan persentase 6,8% yang disusul kemudian klaster pekerja migran 5,8% dan sisanya dari perkantoran.
"Saya perlu ingatkan pada semua warga bahwa 66% dari yang kami temukan adalah OTG. Dia tidak sadar bahwa dirinya telah terekspose artinya kalau saja mereka tidak kami datangi, tim puskesmas tidak melakukan testing barangkali yang bersangkutan tak pernah merasa positif dia membawa virus Covid-19," kata dia.
(Baca: Kurangi Antrean Penumpang di Stasiun Bogor, Pemerintah Bantu 150 Bus)
Sedangkan secara nasional penambahan kasus baru pada Minggu (12/7) sebanyak 1.681 orang dari hasil penelusuran terhadap 22.379 spesimen. Dari total kasus baru yang tercatat hari ini, Provinsi Jawa Timur masih menjadi daerah terbanyak dengan tambahan kasus baru sebanyak 518 kasus, diikuti oleh DKI Jakarta sebanyak 404 kasus.
Di posisi ketiga ada Sulawesi Selatan dengan 173 kasus baru, diikuti Kalimantan Selatan dengan 77 kasus baru. Selanjutnya, Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke lima dengan tambahan 70 kasus baru, kemudian Papua bertambah 63 kasus. Terakhir, Jawa Barat dengan 50 kasus baru.