Laba Turun Drastis, PGN Coba Perbaiki Kinerja Saka Energi
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mencatat laba bersih sepanjang semester I 2019 turun 69,87% menjadi US$ 54,04 juta dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Salah satu cara mengembalikan kesehatan perusahaan adalah dengan memperbaiki kinerja PT Saka Energi Indonesia.
Direktur Keuangan PGN Said Reza Pahlevy mengatakan, ada dua upaya yang akan dilakukan perusahaan untuk memperbiki kinerja Saka Energi, yaitu menjejaki mitra strategis, baik dengan perusahaan luar maupun dalam negeri. "Ini bisa dengan Pertamina, atau mitra lainnya," ujar Said, saat acara paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (26/8).
Kedua, membidik blok-blok migas baru yang sudah berproduksi. Sebab, pelepasan Blok Sanga-Sanga cukup berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaa.
Selain itu, PGN juga akan mengajukan perpanjangan kontrak Blok Pangkah, yang terletak di lepas Pantai Jawa Timur. Ada pun Blok Pangkah akan habis kontrak pada 2026.
Terakhir, PGN akan memperbaiki kinerja keuangan Saka Energi. Upaya ini dilakukan sebelum pihaknya menawarkan saham perdana (initial public offering/ IPO). "Indikatornya dilihat dari finansialnya, karena EBTIDA turun," ungkapnya.
(Baca: Harga Gas Naik, PGN: Kami Tawarkan Penyesuaian Harga ke Pelanggan)
Adapun per Juni 2019 pendapatan usaha PGN turun 6,69% menjadi US$ 1,79 miliar dibanding periode yang sama sebelumnya US$ 1,92 miliar. Menurut laporan keuangan PGN, terjadi penurunan pada distribusi gas, serta penjualan migas kepada pihak ketiga. Terutama penjualan migas yang turun signifikan.
Distribusi gas turun 6,69% dari US$ 974,49 juta pada semester I 2018 menjadi US$ 909,31 juta di akhir Juli 2019. Sedangkan penjualan migas anjlok 56,09% menjadi US$ 108,89 juta pada semester I 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 247,99 juta.
Di sisi lain, PGN harus menghadapi beban non tunai yang meningkat signifikan, di antaranya penurunan nilai properti minyak dan gas (migas) sebesar US$ 44,18 juta, dibandingkan periode sebelumnya yang nihil, serta beban kerugian atas selisih kurs sebesar US$ 34,07 juta dibandingkan sebelumnya US$ 19,81 juta.
Faktor yang kedua yaitu penyajian kembali (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018 pascaakuisisi PT Pertagas pada akhir tahun lalu dari PT Pertamina (Persero) dalam rangka membentuk holding BUMN migas. Alhasil, kinerja semester I 2018 PGN mengalami perubahan.
(Baca: Bisnis Turun dan Akuisisi Pertagas, Laba Semester I PGN Anjlok 69%)