Beberapa Indikator Bisnis Membaik Berkat Pelonggaran PSBB
Pengusaha mulai merasakan dampak dari pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut kondisi bisnis mulai membaik meski belum 100% pulih.
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani menjelaskan ada beberapa indikator dari pulihnya kondisi bisnis, seperti penjualan semen dan sepeda motor. Bahkan, beberapa pengusaha mulai mempekerjakan pegawainya yang sempat dirumahkan karena dampak covid-19.
“Terutama di restoran dan (industri) makanan minuman meski baru 50% sampai 60%,” kata Rosan dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (21/7).
Sebelumnya Rosan pernah mengatakan bahwa 6 juta pegawai dirumahkan dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat covid-19. Bahkan saat itu dia menyatakan angka ini belum termasuk pekerja di sektor informal.
Rosan juga mendapat informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa restrukturisasi kredit perbankan ke debitur korporasi telah mencapai 25%. Sedangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah mencapai 50% atau Rp 550 triliun. “Yang sudah terealisasi hampir Rp 300 triliun,” kata Rosan.
Rosan mengatakan meski tekanan kepada dunia usaha mulai berkurang, namun mereka masih memerlukan bantuan pemerintah untuk memacu permintaan. Dia juga menyarankan pekerjaan proyek strategis nasional dipercepat untuk menyerap tenaga kerja. “Lalu bagaimana mengimplementasikan stimulus yang ada dengan cepat,” katanya.
Sebelumnya Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan tingkat okupansi hotel di DKI dan Semarang mulai meningkat meski masih berada di angka 15%. Sedangkan angka hunian hotel di kota lain seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Medan baru mencapai 10%.
Namun masih rendahnya tingkat hunian membuat para pengusaha hotel dan restoran belum mempekerjakan seluruh pekerjanya yang dirumahkan. Makanya Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani berharap pemerintah bisa memberi bantuan modal kerja senilai Rp 21,3 triliun untuk membangkitkan industri ini.
Hariyadi mengatakan jumlah usaha yang terbantu meliputi 715.000 kamar hotel dan 17.862 unit restoran. "Ini hanya untuk gaji pegawai, listrik serta promosi di luar dari bahan baku makanan dan minuman," kata dia beberapa waktu lalu.
Sedangkan pengusaha retail, mal atau pusat belanja mengaku sulit mengembalikan modal setelah merugi sekitar Rp 12 triliun. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan paling tidak perlu waktu 15 tahun untuk dapat mengembalikan kerugian yang ditimbulkan saat penutupan mal selama tiga bulan.
“Sekarang sangat rugi. Sedangkan untuk mal yang baru dan saat ini masih bayar cicilan ke bank, untuk bayar bunganya saja mungkin belum tentu bisa," kata Stefanus beberapa hari lalu.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan pembukaan mal saat ini tidak akan berdampak banyak meningkatkan transaksi. Ini karena pengunjung yang datang hanya sekitar 30-40% dibandingkan saat kondisi normal sebelum pandemi.
"Yang berbelanja pun di bawah 50% dan nilai transaksinya kecil karena mereka hanya mengutamakan belanja kebutuhan pokok saja," kata dia.