Nama Rumah Adat Sulawesi Selatan dan Fungsinya

Dwi Latifatul Fajri
26 Agustus 2021, 13:55
Nama Rumah Adat Sulawesi Selatan Dan Fungsinya
ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc.
Wisatawan mengunjungi rumah adat Torajat di kawasan wisata Ketekesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Rabu (16/12/2020). Sejak ditetapkan jadi wilayah Zona Hijau di akhir Oktober lalu, sejumlah tempat wisata di Toraja Utara mulai ramai dikunjungi wisatawan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Sebelum agama Islam berkembang, masyrakat di Sulawesi Selatan meyakini kepercayaan nenek moyang, pada animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan menyembah roh nenek moyang atau roh leluhur. Roh leluhur ini dianggap bersemayan di batu besar, pohon rindang, sampai tempat keramat.

Dinamisme adalah kepercayaan menyembah segala sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan seseorang. Melalui usaha mempertahankan hidup, masyarakat dahulu mempercayai gunung, batu, keris memiliki kekuatan. Benda-benda tersebut dipercaya memiliki penangkal, menahan bahaya, dan alat untuk memperoleh kekebalan.

Bentuk Rumah

1. Rumah Adat Suku Bugis Makassar

Makna rumah tradisional Bugis Makassar adalah saling mengasihi. Keragaman bentuk dan jenis dianggap dapat menumbuhkan kebersamaan dan saling menyayangi pada masyarakat. Rumah ini bermakna tidak merasa lebih tinggi atau lebih rendah dari masyarakat lain. Makna rumah ini dipegang dan diwariskn turun temurun.

Ada beberapa tingkatan ruang tradisional Bugis-Makassar yaitu:

  • Tingkat atas adalah loteng (tracking/pammakkang)
  • Tingkat kedua adalah badan rumah (ale bola/ kale ballak)
  • Tingkat ketiga adalah kolong rumah (awa sao/siring). Loteng (rakkeang/pammakkang) untuk tempat lumbung padi atau bahan-bahan makan lainnya seperti jagung dan kacang-kacangan
  • Badan rumah (ale bola/kale ballak), berfungsi sebagai aktivitas keseharian
  • Kolong rumah (awa sao/siring), sebagai tempat hewan piaraan dan alat-alat pertanian.
  • Rumah tradisional ini memiliki bentuk yang hampir mirip dari bahan, ukuran, denah ruangan, bentuk rumah, dan fungsi ruangannya. Rumah adat ini kebanyakan menghadap kebarat.

Ada 16 tiang untuk menopang rumah panggung. Tiap tiang terdiri dari 4 tiang dan 4 baris. Ukuran tiang adalah 30x30 cm dan berjarak 1-2 meter. Tiang tersebut ditancapkan di tanah langsung. Sementara lantai rumah di permukaan tanah setinggi 1,5-2 meter. Luas rumah kira-kira 7x9 meter. Lantai rumah tradisional memakai kayu sementara atapnya dari daun.

Pada tiang bagian depan ada hiasan kepala kerbau. Sementara itu dindingnya terbuat dari bambu. Terdapat tiga ruangan untuk sekat antara ruangan. Ruang depang bisanya berada di sebelah kiri pintu masuk yang tersambung di ruang tengah. Selain itu beberapa ruangan dibatasi dua tiang tengah.

Makna 16 tiang rumah adat Bugis Makassar sebegar pust rumah dan tiang inti. Makna sakral tiang-tiang tersebut adalah tempat yang mampu menembus dunia atas dan dunia bawah. Sementara itu ada tiang pusar yang dibungkus kain kafan, diukir, tidak dipahat atau dipaku, tidak boleh disandari, dan dibenamkan setengah depa ke dalam tanah.

Tiang intim harus didirikan terlebih dahulu daripada tiang lain. Sebagai pusar kayu, tiang inti dibuat dari kayu pilihan. Beberapa kategori untuk membuat tiang utama dari kayu yaitu umumnya terbuat dari kayu yang cukup tua, ukurannya paling besar, membentuk sudut delapan. Sudut delapan ini artinya sebagai simbol kebesaran kepemimpinan suku.

Beberapa Makna Rumah Adat Bugis Makssar

1. Jumlah tiang ada 16 yang dianggap sebagai pusar rumah. Rumah tradisonal ini merupakan gabungan antara suku Bugis dan Makassar. Ada empat suku besar di Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar.

2. Rumah adat bermankas sebagai pandangan untuk memahami alam semesta. Menurut masyarakat disebut Sulapa Appa untuk menunjukkan upaya penyempurnaan diri.

3. Makna lainnya adalah rumah yang berbentuk segi empat. Diambil dari empat unsur yaitu tanah, air, api dan angin.

Menurut pandangan masyarakat Bugis, ada 3 tingkat untuk penyembahan dan penghormatan kepada tiga dewa. Tiga dewa itu adalah Dewa Langi, Dewa Malino dan Dewa UwaE. Dewa Langi menguasai langit, Dewa Malino penguasa bumi dengan segala isinya, sedangkan Dewa UwaE menguasai tanah, sungai, dan laut.

Itulah penjelasan mengenai rumah adat di Sulawesi selatan, yang terinspirasi dari suku dan budaya. Setiap rumah memiliki nilai dan keunikan untuk dipelajari.

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...