Ragam Rumah Adat Jawa Barat dengan Arsitektur yang Khas
Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia berdampak pada terciptanya rumah adat yang memiliki ciri khas sesuai masing-masing daerah. Dalam satu provinsi bisa terdapat lebih dari satu rumah adat.
Di provinsi Jawa Barat, terdapat beberapa rumah adat dilihat dari bentuk atap dan bangunannya menurut buku “Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat” oleh tim penulis Drs. Dasum Muonas, dkk dan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud).
Rumah adat Jawa Barat terdiri dari rumah Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Parahu Kumureb, dan Jubleg Nangkub.
1. Jolopong
Kata "Jolopong" adalah istilah Sunda yang artinya tergolek lurus. Rumah Jolopong memiliki dua bidang atap yang dipisahkan oleh bidang kayu di tengah bangunan rumah. Kayu tersebut sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap.
Bentuk rumah ini adalah rumah panggung yang tingginya 40-60 cm di atas permukaan tanah dengan tangga di teras rumah. Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan alami, yaitu kayu, bambu, ijuk, daun kelapa, batu, dan tanah.
2. Tagong Anjing
Bentuk atap Tagong Anjing dinamakan demikian karena artinya “sikap anjing yang sedang duduk”. Rumah adat ini memiliki dua bidang atap yang berbatasan pada batang kayu. Bidang atap yang pertama lebih lebar dari atap lainnya. Tiang rumah Tagong Anjing lebih panjang di bagian depan rumah daripada bagian belakangnya.
3. Badak heuay
Bangunan rumah Badak heuay serupa dengan Tagong Anjing. Perbedaannya terletak pada bidang atap belakang yang melewati batang kayu dan dinamakan "rambut".
4. Parahu Kumureb
Rumah adat Parahu Kumureb memiliki empat buah bidang atap. Sepasang bidangnya memiliki luas yang sama dan berbentuk trapesium. Letak kedua atap ini sejajar dan dibatasi oleh sebatang kayu. Bidang lainnya berbentuk segitiga sama kaki. Bentuk tersebut terlihat seperti perahu yang terbalik sehingga dinamakan “parahu kumureb”.
5. Julang Ngapak
Bangunan rumah Julang Ngapak memiliki batang kayu yang mencuat di kedua ujungnya dan terdapat tameng yang menggantung di depannya. Bentuk atap tersebut sering ditemui di daerah Garut, Kuningan.
Bentuk atap Julang Ngapak melebar di kedua sisi sehingga jika dilihat dari depan, bentuknya menyerupai sap burung julang yang sedang merentang.
6. Buka Palayu
Rumah adat ini dapat ditemukan di daerah Sumedang, Jawa Barat. Bangunannya memiliki pintu yang terletak di bidang bangunan yang panjang.
7. Buka Pongpok
Serupa dengan Buka Palayu, bedanya terletak di penempatan pintu pada bagian bidang rumah yang pendek.
Bagian Rumah Adat Jawa Barat
Rumah adat Jawa Barat terdiri dari beberapa bagian,meliputi:
- Golodog: Tangga rumah yang terbuat dari kayu atau bambu. Fungsinya sebagai penghubung antar lantai.
- Kolong: Ruangan yang terdapat di bawah lantai rumah. Tingginya 0,6 meter sampai 0,8 meter. Beberapa dibuat lebih tinggi untuk kandang hewan ternak.
- Tatapakan: Penahan dasar tiang rumah yang terbuat dari batu dengan ukuran persegi 1 x 1 meter dan tinggi 0.5 meter.
- Tihang: Bagian rumah untuk menyangga atap bangunan. Dibuat dari kayu dengan ukuran 15x15 cm.
- Dinding: Bagian rumah yang berfungsi sebagai pemisah antara ruangan dan terbuat dari bilah anyaman bambu atau kayu.
- Palupuh: Lantai rumah yang terbuat dari balok kayu untuk menghangatkan ruangan.
- Pintu: Sebagai akses keluar masuk ruangan dan terbuat dari kayu atau bambu yang dianyam.
- Jendela jalosi: Berfungsi untuk sirkulasi udara dan terbuat dari papan kayu.
- Ampig: Dinding dari bambu atau kayu yang terletak di bagian atas dari dinding depan pada bidang segitiga.
- Lalangit: Bagian yang menempel pada tiang penyangga dan terbuat dari anyaman bambu dan papan kayu. Suhunan: bagian rumah yang terbuat dari batang kayu berbentuk balok untuk kerangka rumah.
- Pananggeuy: Kayu bagian bawah rumah yang menghubungkan tiang.
- Lincar: Bagian rumah untuk menjepit dinding sekelilingnya. Terbuat dari bambu dan kayu pipih.
- Darurung: Terbuat dari bambu utuh atau kayu yang berfungsi untuk menahan lantai rumah.
- Paneer: Merupakan darurung yang dipasang sebagai bagian pinggir untuk menahan tiang dan dinding.
- Saroja: terbuat dari papan kayu yang disusun dalam posisi tegak dengan jarak tertentu sebagai hiasan.
- Balandar: Balok segi empat yang dipasang pada bagian kuda-kuda dan melintang sejajar dengan suhunan.
- Usuk: Terbuat dari bambu utuh sebagai tempat menempel ereng.
- Ereng: Bagian untuk menahan genteng dan terbuat dari bambu serta letaknya sejajar dengan pamikul.
- Pamikul: Balok kayu yang dipasang di bawah pangheret untuk menahan usuk dan rangka atap.
- Pangheret: Balok kayu yang dipasang diatas pamikul.
- Sisiku: Kayu yang berfungsi sebagai penahan pangheret dan bagian lain.
Ruangan dalam Rumah Adat Jawa Barat
Dalam rumah adat Jawa Barat, dibagi beberapa ruangan berdasarkan fungsi, yaitu:
- Emper: Ruangan yang terletak di bagian depan. Fungsinya untuk menerima tamu. Pada zaman dahulu, emper dibiarkan kosong. Tamu yang berkunjung akan duduk di alas tikar atau tanpa alas.
- Balandongan: Ruangan yang terletak paling depan. Fungsinya untuk menambah kesejukan bagi penghuni rumah.
- Pangkeng: Digunakan sebagai tempat tidur.
- Jobong: Ruangan untuk menyimpan alat dan barang.
- Tengah imah: Ruangan bagian tengah yang ukurannya luas. Ruangan ini digunakan sebagai tempat berkumpul anggota keluarga.
- Dapur: Terletak di belakang untuk memasak.
Rumah Kasepuhan Cirebon
Di Cirebon, Jawa Barat terdapat rumah ada yang disebut Kasepuhan. Dalambuku “Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia”, rumah adat ini juga dikenal sebagai Hateup salak Tihang Cagak yang berarti rumah panggung menggunakan atap daun dengan bilik bambu dan tiang kayu.
Bentuk rumah Kasepuhan terdiri dari:
- Umpak, menggunakan batu menahan hubungan langsung dengan tanah sehingga tidak membuat kayu menjadi cepat lapuk dan menahan serangan rayap.
- Kolong, berfungsi untuk peternakan ayam dan bebek yang dapat disimpan di dalamnya.
- Beuteung atawa eusi (perut dan isi) yang menjadi bagian tengahnya, menggunakan bahan bilik bambu.
- Para adalah tempat penyimpanan bahan makanan dan bibit-bibitan berada di bagian atasnya dapur, walaupun berwarna hitam karena jelaga tetapi bahan makan akan terjaga kondisinya ketika disimpan di para.
- Hateup atau atap menggunakan bahan dedaunan ijuk yang berfungsi menahan air dan angin. Ketika air hujan turun ijuk menjadi filter air yang sangat baik mampu menetralisir kandungan asam yang dibawa hujan.