Asosiasi Smelter Tolak Pembentukan Indeks Nikel Indonesia
"Sebenarnya tidak boleh terjadi seperti itu. Harus ada harga yang wajar sesuai dengan biaya penambangan. Jadi penambang bisa tetap hidup," kata dia, Kamis (4/7).
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin mengatakan dengan skema bisnis ke bisnis untuk jual-beli nikel seperti saat ini, posisi pengusaha smelter jadi lebih kuat dari penambang. "Suka-suka smelter. Kalau tidak mau suplai, ambil dari produsen lain," kata dia.
Ia membeberkan biaya produksi bijih nikel dihitung sebesar US$ 16,7 per ton. Untuk HPM free on board (FOB) pada Juni 2019 dengan kadar nikel 1,7% sebesar U$ 26,66 wet metrik ton (wmt). Sedangkan harga domestik FOB tongkang di domestik sebesar US$ 15 per wmt, untuk ekspor FOB kapal harganya US$ 30 per wmt.
Sementara itu, dengan kadar nikel 1,8% HPM FOB pada Juni sebesar US$ 29,80 per wmt, dan FOB tongkang di domestik sebesar US$ 18 per wmt. Untuk kadar 1,9% FOB HPM Juni sebesar US$ 33,11, dan FOB tongkang di domestik sebesar US$ 21 wmt.
(Baca: Lima Bulan Pertama 2019, Penjualan Bijih Nikel Antam Naik Nyaris 100%)