Integrasi Blok Attaka Menunggu Kontrak East Kalimantan Berakhir
PT Pertamina (Persero) hingga kini belum bisa mengintegrasikan Blok Attaka dengan East Kalimantan, meskipun kontrak baru menggunakan gross split sudah ditandatangani. Ini karena Blok East Kalimantan belum berakhir.
Senior Vice President Upstream Business Development Pertamina Denie Tampubolon mengatakan penggabungan Blok Attaka bisa dilakukan setelah kontrak East Kalimantan berakhir. “Jadi kontrak baru akan gabung dengan East Kalimantan mulai Oktober 2018," kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (25/4).
Sebenarnya kontrak Blok Attaka sudah berakhir Desember 2017. Namun, pemerintah memberikan perpanjangan hingga kontrak Blok East Kalimantan berakhir. Saat ini operator di sana masih Chevron Indonesia dan PT Pertamina (Persero). Sebelumnya adalah Inpex.
Dalam 10 bulan itu, Pertamina mengeluarkan investasi sekitar US$ 7 juta atau setara Rp 93 miliar. Biaya tersebut dialokasikan untuk kegiatan operasi seperti produksi siap jual (lifting) dan pemeliharaan di blok tersebut. Tahun 2017, lifting migas di blok itu mencapai 5.097 BOEPD.
Sebagai gambaran, pekan lalu Pertamina telah resmi mendatangani tujuh kontrak blok migas. Salah satunya Blok East Kalimantan dan Attaka. Adapun masa kontrak blok itu berlangsung selama 20 tahun ke depan.
(Baca: Pertamina Dapat Penugasan Kelola Blok Attaka Selama 10 Bulan)
Mengacu Keputusan Menteri ESDM Nomor 1793 K/12/MEM/2018, Kontrak Blok East Kalimantan dan Attaka dioperatori oleh anak usaha Pertamina, PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur dengan hak kelola 100%. Nantinya 10% dari hak kelola tersebut wajib Pertamina berikan kepada pemerintah daerah.
Bagi hasil minyak bagian pemerintah di blok ini sebesar 39% dan kontraktor 61%. Sementara bagi hasil gas pemerintah pada kontrak blok ini sebesar 34% dan kontraktor 66%. Adapun bonus tanda tangan yang dibayar Pertamina di blok ini sebesar US$ 1 juta.
