Total E&P Tidak Mengincar Operator Blok Mahakam
Total E&P Indonesie (TEPI) dan PT Pertamina (Persero) masih terus bernegosiasi mengenai pengelolaan Blok Mahakam yang ada di Kalimantan Timur. Namun, kali ini, perusahaan energi asal Prancis itu tidak mengincar posisi operator.
President & General Manager TEPI Arividya Noviyanto mengatakan tidak benar perusahaannya menolak bergabung dengan Pertamina di Blok Mahakam jika tidak menjadi operator. “Total menghormati keputusan pemerintah yang menunjuk Pertamina sebagai operator,” kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (5/12).
Sejak tahun 2015, pemerintah memang sudah memutuskan PT Pertamina (Persero) menjadi operator dan memberikan 100% hak pengelolaan blok Mahakam setelah kontrak berakhir. Atas dasar itu, perusahaan pelat merah itu sejak 1 Januari 2018 sudah resmi mengelola blok tersebut.
Namun, pemerintah juga memberikan kesempatan kepada Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation jika masih berminat mengelola blok Mahakam setelah kontrak berakhir. Awalnya, ketika Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dipegang Sudirman Said, kedua kontraktor tersebut hanya mendapatkan porsi maksimal 30%.
Akan tetapi, Menteri ESDM saat ini, yakni Ignasius Jonan menambah porsi yang bisa dikelola Total dan Inpex menjadi 39%. Ini berdasarkan surat resmi yang disampaikan melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Meski begitu, mekanismenya melalui proses bisnis biasa (business to business/ b to b).
Bahkan, Jonan pernah membuka peluang Total menjadi operator saat berkunjung ke wilayah kerja Mahakam Maret 2017 lalu. Namun, itu dibicarakan dengan Pertamina. “Kalau mau, Total menawarkan, mau operator bersama atau operatornya dilanjutkan Total dan sebagainya. Orang-orang (pegawai) juga saya kira tidak akan diganti," kata dia berdasarkan penjelasan tertulisnya, Minggu (12/3).
Tahun ini, PT Pertamina (Persero) menyiapkan anggaran US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 23 triliun untuk mengelola blok Mahakam mulai tahun depan. Dana tersebut salah satunya akan digunakan Pertamina untuk mengebor sumur di Mahakam tahun depan demi menjaga produksi blok tersebut.
Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Bambang Manumayoso mengatakan biaya sebesar US$ 1,7 miliar itu terdiri biaya investasi sebesar US$ 700 juta dan biaya operasional US$ 1 miliar. Ada sejumlah kegiatan yang akan dilakukan Pertamina tahun depan, di antaranya untuk menambah sumur pengembangan dari 55 sumur menjadi 65 sumur.
Dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) tahun 2018, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menargetkan bisa memproduksi gas sekitar 1.100 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Sedangkan minyak dan kondensat sebesar 48 ribu barel per hari (bph).
(Baca: Jaga Produksi Mahakam Tahun 2018, Pertamina Siapkan Rp 23 Triliun)
Target itu lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Target produksi gas Mahakam tahun 2017 sesuai rencana kerja dan anggaran yang sudah direvisi sebesar 1.309 mmscfd. Adapun sejak awal tahun hingga September 2017 produksi telah mencapai 1.223 mmscfd.