Proyek Pipa Duri-Dumai Resmi Dibangun
Setelah beberapa kali tertunda, PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk/PGN akhirnya melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek pipa transmisi gas bumi Duri-Dumai. Dengan acara itu, maka proses konstruksi proyek pipa yang ada di Riau ini resmi dimulai.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan proyek ini memang menghadapi beberapa kendala untuk melakukan konstruksi. Kendala pertama adalah sinergi antara PGN dan Pertamina. Kesulitan ini terjadi karena, PGN merupakan perusahaan terbuka, sedangkan Pertamina tidak.
Kendala kedua adalah masih ada perbedaan pandangan mengenai proses groundbreaking. Pertamina menginginkan titik awal konstruksi dimulai di Dumai, sedangkan PGN di Duri. "Musyawarah tidak ada keputusan juga, jalan tengahnya di Kementerian ESDM. Kalau ditunda terus, bagaimana mau selesai," kata Arcandra dalam acara groundbreaking pipa Duri-Dumai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/11).
Dengan melakukan groundbreaking di Kementerian ESDM ini bisa lebih efisien, sebab tidak mengeluarkan biaya dan waktu untuk menuju lokasi proyek. Hal ini bukan karena dirinya tidak mau menghadiri proses peresmian peletakan batu pertama proyek tersebut.
Penugasan Pertamina dan PGN untuk membangun pipa Duri-Dumai sudah diputuskan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 5975 K/12/MEM/2016 tanggal 27 Juni 2016. Penugasan tersebut ditindaklanjuti kedua belah pihak dengan penandatanganan kesepakatan awal (Head of Agreement/HoA) Pipa Duri-Dumai tanggal 9 Juni 2017.
Kemudian 27 Juli 2017, Pertamina mengalihkan HoA tersebut kepada anak usahanya PT Pertagas. Adapun pada hari Jumat,(10/11) PGN dan Pertagas juga telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Operasi (KSO) Pembangunan Pipa Gas Duri-Dumai di Kantor Kementerian BUMN. Dalam kerja sama operasi itu PGN mengempit 40% hak kelola dan Pertagas sebesar 60%.
Pipa gas Duri-Dumai memiliki diameter 24 inch dan panjang sekitar 64 kilometer (km). Titik awal adalah di Duri Meter Station pipa Grissik-Duri dan titik akhir di Kilang Pertamina Refinery Unit I Dumai.
Gas yang mengalir di pipa itu merupakan milik Pertamina dan PGN yang bersumber dari tiga blok migas. Blok tersebut yakni Corriodor (ConocoPhillips), Bentu (Energi Mega Persada/EMP), dan Jambi Merang (JOB Pertamina-Talisman).
Pipa Duri-Dumai akan menyaluran gas untuk beberapa kebutuhan yakni untuk Kilang Pertamina di Dumai. Gas ke Kilang Dumai akan dipakai untuk konversi bahan bakar dari minyak menjadi gas, sehingga berpotensi meningkatkan kemampuan produksi kilang, dengan kebutuhan gas sebesar 57 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan akan meningkat bertahap hingga 120 MMSCFD.
Selain ke Kilang Dumai, gas itu juga digunakan untuk industri di Riau. Kemudian kebutuhan pelabuhan, dan industri petrokimia dalam rangka mendorong nilai tambah ekonomi daerah, nasional serta daya saing industri.
Nilai investasi proyek tersebut diperkirakan US$ 52,2 juta atau sekitar Rp 705 miliar. Proyek ini menyerap tenaga kerja hingga 400 orang pada masa konstruksi. Proyek Duri Dumai ditargetkan selesai paling cepat 11 bulan ke depan, sehingga pada Oktober 2018 sudah bisa beroperasi.
(Baca: Proyek Pipa Duri-Dumai Akan Manfaatkan Lahan Tol Pekanbaru)
Selain proses peletakan baru pertama proyek Duri-Dumai, dilangsungkan juga penandatanganan perjanjian transportasi gas (Firm Gas Transportation Agreement/FGTA) untuk Duri-Dumai dari Grissik di Sumatera Selatan ke Duri antara PT TGI dengan PGN. Dengan FGTA tersebut, maka TGI sebagai transporter atau pemilik pipa Grissik-Duri akan mengalirkan gas milik PGN dari titik terima di Grissik, dengan sumber gas dari ConocoPhillips (Blok Corrdidor) dan titik serah di Duri, untuk proyek Duri-Dumai.
Volume gas yang akan ditransportasikan meningkat hingga 37 MMSCFD,. Adapun periode mulai Oktober 2018 hingga Desember 2023.